Perfect Idol [Part 10]

Gambar

Perfect Idol [Part 10]

Author : cantikajulia

Twitter : @CantikaJN

Main Cast :

–          Oh Sehun

–          Lian Kim or Lyla [OC]

Genre : Romance

Lenght : Chaptered

Rate : Teenager

Poster by : http://giriratnafanfic.wordpress.com/

Disclimer : FF ini terinspirasi dari novel Ilana Tan yang summer in seoul, dan yang lainnya hasil dari imajinasi author. Jadi terima kasih buat yang baca dan yang komen juga, dan buat admin yang post ff aku: Gamsahamnida ^-^

 

[PREVIOUSLY – Perfect Idol Part 9]

“Tunggu” Lyla berbalik menghadap Sehun. “Aku belum mengucapkan terima kasih, bukan?” Lyla mematung, jaraknya dengan Sehun sangat dempet, ia bisa melihat wajah Sehun dengan jelas. Hatinya bergemuruh. “Terima kasih” ucap Sehun dengan senyuman yang memabukkan Lyla.

Tak lama ia tersadar dan langsung menjadi canggung, “Oh iya..eh aku anu pulang. Bye” Lyla langsung keluar dari mobil dengan gerakan cepat.

Hatinya masih bergemuruh, ia memegangi dadanya yang berdetak dengan tidak normal. “Oh Sehun” ucapnya menyebut nama pria yang mungkin saja sudah pergi di belakangnya.

“Aku belum memulai balas dendamku, tapi kau sudah membuatku jatuh kedalam perangkapmu lagi. Shit”

 

-PERFECT IDOL PART 10-

[Lian POV]

 

Bangun tidur badanku terasa seperti tak bertulang, lemas sekali. Aku berusaha bangkit dari ranjang tapi rasanya otot-otot yang ada dalam tubuhku sudah tak berkerja lagi. Walaupun begitu, aku harus bangun dan bersiap-siap untuk berangkat ke butik. Lantas ku paksakan saja tubuh yang loyo ini.

Setelah tiga puluh menit bersiap-siap, aku langsung menyambar tas dan kunci mobil. Hari ini aku mengenakan pakaian yang cukup rapi (ya, biasanya aku kebutik hanya mengenakan kemeja dan jeans saja sih) di tambah juga aku mengenakan heels sembilan senti.

Pagi ini aku akan kedatangan calon istri sepupuku, aku sudah berjanji padanya untuk membuatkan wedding dress untuk pernikahannya. Ingatkan, ketika aku bersikukuh untuk membuatkan gaun pengantin si mempelai wanita dan meminta Adrian untuk membatalkan menyewa sebuah gaun. Dan aku akan memenuhinya.

“La, gue udah di butik lo nih. Masa lo yang telat sih??” kata Adrian di telepon.

“Iya sebentar lagi, macet nih. Lo tunggu aja di situ ya, i’ll be there for a minute” aku langsung menutup telepon.  Sungguh jalanan ini macetnya luar biasa, padahal butikku sudah di depan mata, tapi karena lampu merah dan padatnya volume mobil membuatku kesal luar biasa.

Tapi akhirnya tidak sampai setengah jam aku sudah memarkirkan mobilku di halaman butik.

“Adriaaaaan.. sorry ya gue telat” aku berlari kecil menghampiri dua sejoli yang akan mengikat janji suci nanti. “Hai, kenalkan. Aku Lyla” sapaku pada calon istri Adrian.

“Hallo, aku Stella. Salam kenal” balasnya dengan hangat. Perempuan yang satu ini membuatku terpana, dandanannya tidak mencolok dan juga ia begitu elegan. Memang jago benar Adrian itu.

“Aduh maaf ya buat kalian menunggu. Masa tamu yang sampai duluan, aduh sekali lagi maaf nih”

“Gak apa-apa lagi. Aku malah seneng banget di ajak Adrian ke sini” ujar Stella.

“Apalagi waktu tahu lo mau buatin gaun pengantin buatnya, La. Senengnya bukan kepalang” timpal Adrian. Aku menangkap wajah Stella yang bersemu dengan malu-malu. “Stella penggemar karya-karya lo, La” tambah Adrian. Stella langsung menyikut pinggang Adrian dengan manisnya.

“Ah masa sih? Padahal aku masih desainer amatiran lho” ucapku merendah. Rasanya senang juga ada yang menyukai karyaku.

“Apanya yang amatiran? Baju-baju kamu sudah jadi trend di Indonesia, lho” kata Stella.

“Ahahaha bisa aja. Eh langsung aja yuk ukur tubuh kamu, aku juga udah siapin beberapa desain untuk kamu pilih, Stell” aku langsung menggiringnya ke ruang kerjaku dan meninggalkan Adrian di lantai bawah.

Tidak butuh waktu lama untuk mengukur ukuran tubuh Stella, semuanya sudah beres dan tinggal pembuatannya. Aku senang sekali membuat gaun pengantin, serasa aku yang akan mengenakannya di sebuah pesta pernikahan. Alah ngelantur aku.

Setelah kepergian Adrian dan Stella, kini hanya aku sendiri di dalam ruang kerjaku. Entah kemana sahabatku, Minka, padahal seharusnya ia sudah ada di butik bersamaku sekarang. Dan parahnya aku juga tidak melihat Minka di apartemen tadi.

Aku disadarkan oleh suara iPhone ku yang menandakan sebuah pesan masuk. Tak ku sangka sebuah pesan dari Sehunlah yang masuk.

 

‘Kau dimana? Aku ada di depan butikmu, keluarlah’

“Aish.. orang ini, selalu saja memerintah” sambil mengerutu aku keluar dari ruangan menuju tempat Sehun berada. Sebenarnya bisa saja aku tidak melaksanakan perintah yang tertera di sms itu, hanya saja aku ingin menemui namja menyebalkan itu.

“Ada apa?” kataku judes. Sehun tersenyum kepadaku, senang sekali melihat senyum nya—tapi aku kan sedang menjadi Lyla yang dingin—aku mengkerutkan keningku. “Jangan tersenyum!” bentakku kesal.

Sehun cekikikan melihatku kesal, “Kau ini,” ucap Sehun dengan tangannya mengusap-usap kepalaku. “Temani aku makan siang”

“Tidak mau, aku sibuk. Makan saja sendiri, atau delivery saja” langsung aku berkata dengan ketusnya.

“Oh, come on. Tega sekali kau pada orang asing yang tidak tahu apa-apa di Negeri orang pula” Sehun berkata dengan merengek.

“Arrgghh.. okay! Tunggu disini, aku ambil tas dan kunci mobil dulu” setelah itu aku masuk mengambil tas dan kunci mobil yang ada di ruangan kerjaku.

Di mobil aku yang menyetir, dan Sehun duduk di samping kiriku. Dia sedang mengotak-atik gadgetnya dengan serius.

Tak enak dengan suasana yang canggung ini, ingin sekali ada sebuah topik pembicaraan. Melihat Sehun yang serius dengan gadget nya, aku jadi geregetan! “Ehem!” aku berdeham agar Sehun mengalihkan perhatiannya. Dan benar saja Sehun menoleh ke arahku. “Kau mau makan apa?” tanyaku.

“Mmmmm.. terserah kau saja” jawabnya dengan santai lalu kembali dengan kesibukannya. Ya Tuhan, sungguh menyebalkan sekali namja yang duduk di sampingku ini.

Dengan penekanan di setiap katanya, aku menjawab “Oh Okay! Terserah padaku”

Akhirnya aku membawa Sehun ke MOI, dengan cekatan aku memarkirkan mobil di parkiran luar. Kami pun keluar dari mobil. Ketika Sehun keluar dari mobil dan di sambut dengan teriknya sinar matahari membuat kulitnya yang seputih susu seketika terlihat sangat terang berbeda sekali dengan kulitku =_=.

“Astaga panasnya” keluh Sehun sambil menyeka keringatnya yang menetes di sekitar keningnya.

Aku mendelik ke arahnya dan dengan ketus berkata, “Huh, maaf saja kalau negaraku sangat panas!” setelah itu aku meninggalkannya dengan berjalan cepat menuju ke dalam mall.

“Lyla!” Sehun menyusulku. “Kau ini kenapa? Sedang PMS?” tanya Sehun dengan polosnya.

“Aish.. kau! Sudahlah tidak usah banyak bicara, cepat kau cari makanan dan kita pulang”

Langsung saja aku mengajaknya ke foodcourt dan tanpa memperdulikan orang-orang yang ada di sekitar sedang berbisik-bisik.

“Lyla, itu makanan apa?” tanya Sehun menunjuk ke arah stand penjual makanan khas dari Sunda.

“Kau mau? aku akan ke sana. Kau carilah tempat duduk yang kosong, arasseo?” setelah itu kami berpisah. Tak butuh proses yang lama untuk memesan makanan, aku menghampiri Sehun yang memilih tempat, dan kalian tahu? Dia duduk di meja makan yang terletak di center, Oh My! Aku sungguh tidak suka dengan posisi itu, karena dengan tidak langsung orang-orang akan memperhatikan kami.

Aku menghampiri Sehun yang lagi-lagi sedang sibuk dengan gadget nya. “Sehun-ah, kenapa kau memilih tempat disini, huh?” seruku dengan kesal.

“Apa kau lihat tempat selain di sini yang sedang kosong? Semuanya penuh” Sehun mengangkat kedua bahunya. Baiklah, aku butuh kesabaran untuk menghadapinya. Aku sudah malas untuk mempermasalahkannya lagi, dan langsung duduk di bangku tepat di depan Sehun sedang duduk dan masih dengan gadget di tangannya.

Tak lama makanan yang kami pesan sudah datang, aku menatap Sehun yang terus saja pandangannya jatuh pada gadget nya. “Ya! Oh Sehun. Bisakah kau menyimpan sebentar benda tipis itu?? Makanannya sudah datang!” ucapku kesal.

Sehun mendongak dan menyimpan gadget nya tepat di samping tangan kirinya, lalu dia berkata, “Aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku”

“Kalau begitu, kenapa kau tidak pulang saja ke Korea?” ucapku sambil memberinya mangkuk kecil berisi air dan sepotong jeruk nipis. Sehun menatapku bingung, “Itu untuk apa?” tanyanya.

“Basuhkan tanganmu kesini” jawabku sambil mencontohkan caranya pada Sehun. “Mengerti?” tanyaku.

Kemudian Sehun mengikuti, tangannya ia celupkan ke mangkuk berisi air itu. “Lalu?” tanya Sehun dengan tangan yang masih menggantung di atas mangkuk cuci tangan.

“Makanlah~” kataku. Aku sendiri langsung melahap ayam goreng plus sambal yang pedas dan lauk pauk yang biasa di temui di rumah makan sunda lainnya. Dengan lahap aku memakannya, tak sengaja aku melihat Sehun yang sedang memperhatikanku. “Kau tidak makan?” tanyaku pada Sehun yang makanannya belum di sentuh sama sekali.

“Tidak ada sendok atau apalah itu?” Sehun malah balik bertanya. “Kau ini! ikuti saja apa yang aku lakukan, makan ayam itu lebih enak menggunakan tangan” kataku sambil mengangkat tangan kanan, “Sini aku bantu” dengan sigap aku mengambil ayam yang ada di piring Sehun dan memotong-motongnya dengan tanganku agar lebih mudah dimakan oleh Sehun.

“Nah makanlah” kataku. Sehun tertawa geli melihat tingkahku, aku berpikir dimananya yang lucu? Yasudahlah, aku melanjutkan makanku lagi.

“Ah ya, Ibuku terus saja menanyakan kabarmu” ucap Sehun disela-sela makannya. Kuhentikan sebentar gerakan tanganku yang hendak meraup nasi, aku bertany, “Oh benarkah? Bagaimana kabarnya?”

“Ibuku baik-baik saja, hanya saja beliau bilang kepadaku, ia sangat kecewa karena waktu itu kau tidak berpamitan terlebih dahulu” ucap Sehun. Ya ampun, aku tidak sopan sekali pada orang tua, walaupun aku terburu-buru karena ingin menghindari Sehun, seharusnya aku mengucap salam terlebih dahulu kepadanya.

“Ah kau benar, sampaikan permintaan maafku padanya dan bilang juga aku baik-baik saja disini. Oh ya, bagaimana perkembangan perusahaan Ayahmu?”

“Semua dalam kendaliku, bagaimana pun sekarang akulah yang memimpin perusahaan” kata Sehun. “Aku sudah selesai. Tanganku kotor, bagaimana?”

“Cucilah di sana” aku menunjuk sebuah wastafel di pojokkan. Kemudian Sehun pergi ke tempat yang kutunjuk tadi, mataku mengawasinya takut-takut ia salah arah. Tapi tak sengaja aku melihat segerombolan remaja yang sedang makan di meja yang tidak terlalu jauh dari meja makanku. Mereka sedang memperhatikan Sehun yang sedang mencuci tangannya dengan cekikikan khas para gadis remaja yang kecentilan.

“Aish dasar bocah” umpatku. Aku menyelesaikan makanan yang masih tersisa di piringku, setelah itu aku juga membasuh tangan di tempat Sehun tadi mencuci tangan.

 

-oOo-

 

“Kita pulang?” tanyaku. “Apa kau ingin ke suatu tempat lagi? Atau kau ingin ke Bandara?”

“Untuk apa aku ke Bandara?” tanya Sehun heran.

“Yah barangkali saja kau ingin langsung pulang ke Negaramu gitu~” jawabku dengan santai. Kemudian kami memasuki mobil dan pergi dari area Mall.

“Kau ini kenapa sih? Sepertinya kau tidak suka aku disini” Sehun sepertinya merasa risih dengan tingkahku yang terlihat ingin mengusirnya pulang ke Negara asal, tapi tidak seperti itu kok.

“Tidak tahu” jawabku asal. “Tapi aku juga ingin tahu, kenapa kau datang ke Indonesia?” tanyaku sambil menyetir mobil.

“Hanya untuk menemui seorang wanita” jawabnya. Aduh! Siapa wanita yang ingin ditemuinya? Apa wanita lain selain aku? Aish menyebalkan! Kenapa aku harus mengharapkannya??

“Siapa?” tanyaku asal. “Kau” jawab Sehun singkat. Hatiku terguncang, bagaimana caranya hanya dengan satu kata bisa membuat jantungku berdebar melebihi kecepatan normalnya? Aku tersipu malu.

Gotjimal” ucapku.

“Untuk apa aku berbohong, ya kalau aku ingin menemuimu aku hanya perlu datang ke tempat dimana kau berada kan? Tidak perlu penjelasan yang cukup rumit, hanya aku merindukanmu itu sudah cukup menjelaskan kedatanganku”

Apa lagi ini? Kenapa dia terus membuatku berdebar seperti ini?? Aku takut menyadari kenyataan bahwa aku akan jatuh cinta lagi dengan namja yang sudah menyakitiku. Bagaimana ini?? Aku tidak dapat berkata apa-apa lagi.

“Ah….. begitu” jawabku tertahan. Aku juga merindukanmu Oh Sehun!

Situasi ini membuat kami canggung, sungguh aku tidak tahu harus melakukan pembicaraan seperti apa lagi dengannya. Jadilah aku langsung mengantar Sehun ke hotelnya tempat ia menginap. Sampailah kami di hotel.

“Nanti malam jam 8 datanglah ke hotel ini, awas kau kalau tidak datang” lagi-lagi Sehun memerintah layaknya ia adalah atasanku. Aku hanya mengiyakan sebelum akhirnya aku balik lagi ke butik ku.

 

-oOo-

 

[Malam harinya]

 

“Lian-ah, kau mau kemana?” tanya Minka yang sedang duduk di sofa sambil menonton. Hah! Memangnya dia mengerti, segala menonton TV. “Oh, aku akan pergi ke tempat Sehun, kenapa?” jawabku.

“Dengan penampilan seperti itu?” kata Minka menyindir. Aku melihat ke arah kaca yang kebetulan terletak di dekatku. Terpantullah diriku yang hanya mengenakan celana jeans dari Hermes dan T-shirt berwarna putih polos plus sebuah kemeja kotak-kotak warna merah melengkapi agar tidak terlalu terlihat santai. “Kau itu desainer, setidaknya kau tunjukkan kepadanya stylemu. Dan juga gerailah rambutmu, jangan diikat!”

“Siapa peduli, aku hanya bertemu Sehun itu pun tidak usah berdandan terlalu berlebihan. Jaga apartemen, aku berangkat” langsung saja aku keluar dari apartemen. Malas juga meladeni Minka yang mengomentari gaya berpakaianku malam ini, lagi pula hanya ke hotel Sehun saja.

Tidak butuh waktu lama, aku sudah sampai di hotel. Sedikit heran juga karena tidak macet saat di perjalanan kemari. Aku mencari kamar Sehun dengan bingung, dan bodohnya aku tidak bertanya terlebih dahulu pada pihak Information, untungnya Sehun langsung mengirimiku pesan yang mengatakan nomor kamarnya.

Kemudian aku sampai di depan pintu kamar Sehun, tak lama Sehun membukakan pintunya untukku. Aku tercengang saat memasukinya. Astaga, dia benar-benar orang kaya. Ini adalah kamar untuk kalangan konglomerat, aku saja tidak mau menginap disini dan pasti itu bayarannya sangat mahal.

Aku sedikit minder dengan pakaianku yang seperti ini, seharusnya saat di komentari oleh Minka aku langsung mengganti pakaianku, dengan sebuah dress mungkin?

Sehun menatapku dari atas sampai bawah, “Benar kau ini desainer?” tanya Sehun membuatku semakin terpojok. Yaampun kenapa Sehun juga berkata seperti itu?? Siapa lagi yang tidak percaya bahwa aku ini seorang desainer?

Aku melototinya, “Kenapa hah? Salah aku menggunakan pakaian seperti ini?” ucapku sewot. “Hohoho santai nona, jangan marah terus dong” Sehun terkikik geli melihatku.

“Ada apa memintaku datang?”

“Sebenarnya aku ingin mengajakmu dinner special, tapi sepertinya tidak jadi. Bagaimana kalau kita pesan saja dari hotel dan makan disini?”

“Terserah kau sajalah” ucapku lalu menghempaskan tubuhku di sofa empuk, “Aku lelah”. Apa gara-gara melihat pakaianku yang seperti ini Sehun tidak jadi mengajakku makan di restauran mahal ya? Aish menyebalkan!

Sehun menghampiriku yang tengah duduk di sofa. Kemudian ia juga menghempaskan tubuhnya di sofa tepat di sampingku. Otomatis tubuhku bergeser sedikit menjauh darinya. “Sebenarnya bukan hanya untuk makan malam saja, ada alasan lain juga aku memintamu datang menemuiku” ujar Sehun.

“Apa?” tanyaku penasaran. “Jangan minta yang macam-macam ya” kataku.

“Tidak” jawab Sehun diikuti kepalanya yang menggeleng ke kanan dan ke kiri. “Aku hanya ingin bersamamu saja. Hah, aku bertingkah layaknya anak remaja. Kau mau makan apa? Biar ku pesan sekarang” Sehun bangkit dari sofa dan berjalan ke arah meja kecil yang berada di samping tempat sofa.

“Apa saja” jawabku akhirnya. Mengapa Sehun seperti ini? Dia membuatku menjadi serba salah. Tak lama Sehun kembali lagi duduk di sampingku, aku merasa gugup sekali sekarang. Kenapa setiap Sehun mengungkapkan perasaan-perasaannya membuatku menjadi gugup dan merasa menjadi wanita yang sangat jahat yang berniat untuk balas dendam.

“Mmm.. Sehun-ah, apa kau pernah mendengar kabar tentang Kai lagi?” tanyaku, mencoba membuka pembicaraan. Tapi aku merasakan aura gelap dari arah Sehun, aku menoleh dan seketika melihat wajah Sehun yang berubah, entah kenapa aku takut dengan Sehun yang seperti ini. Astaga! Bodohnya aku mengungkit persoalan tentang Kai. Ah aku menyesal bertanya seperti itu.

Sehun tidak bersuara ataupun menjawab pertanyaanku, matanya menatap lurus ke depan—bukan menatapku. Dengan rasa takut aku memanggilnya, “Sehun-ah…”

“Rupanya kau belum melupakannya” ucap Sehun ketus.

“Anu, bukan seperti itu. Aku hanya—“

Ting Nong, bel kamar Sehun berbunyi. Untunglah ada suara bel, kalau tidak aku bingung harus mengatakan apa. Dan ternyata makanan yang di pesan oleh Sehun sudah datang, kami langsung makan malam tanpa mengungkit pembicaraan tadi.

“Ku dengar kau akan mengadakan fashion show. Kapan?” tanya Sehun.

“Hari minggu ini. Untung kau bertanya, aku mau mengatakan, mulai besok jangan ganggu aku selagi kami menyiapkan acara ini. Fashion Show ini adalah yang pertama untukku, jadi aku ingin semuanya berjalan dengan lancar. Pokoknya kau tidak boleh menggangguku”

“Kalau aku datang tapi tidak mengganggu?” tanya Sehun.

“Terserah yang penting tidak menggangu”

“Baiklah aku tidak akan mengganggu” kata Sehun menurut.

Makan malam, selesai. Karena aku kekenyangan, dan disinilah aku. Aku terpapar di sofa sambil memegangi perutku yang rasannya penuh sekali dengan makanan-makanan.

“Aaaaaa….” aku bersuara dengan mata yang menatap langit-langit kamar hotel yang megah ini.

“Kau ini lapar atau apa sih? Hahaha bahkan makananku kau habiskan juga” ujar Sehun. Aku dapat mendengar Sehun meletakkan sesuatu di meja marmer. Aku melihat ke arah itu.

“Apa itu?” tanyaku. “Minumlah” kata Sehun.

Aku langsung menyambar gelas cantik yang diberikan Sehun, “Eo? Green tea?”

Green tea cocok diminum sehabis makan, karena dapat membantu metabolisme tubuh” Sehun menjelaskan. “Aaa.. begitu rupanya. Mungkin aku harus meminum ini setiap hari agar tidak gemuk. Aku takut kalau makan banyak terus akan membuat tubuhku menjadi berisi dan gemuk deh” ceplosku.

Sehun tertawa geli mendengar penuturanku, aku langsung malu. “Jangan tertawa!”

Arrasseo..”

“Tapi, Sehun-ah. Apa pendapatmu jika aku menjadi wanita gemuk?” tanyaku penasaran. “Ya! Jangan tertawa kau!” ancamku.

“Kalua kau gemuk? Hmmm…” Sehun mengetuk-ketuk dagunya dengan jari telunjuk berlagak sedang berpikir keras. “Kalau kau berubah menjadi seperti apapun aku tetap akan selalu menyukaimu dan selalu ada di sampingmu”

Tubuhku tegang seketika, “Mwoya…” ucapku pelan, Sehun membuatku mabuk kepayang lagi dan lagi. Bagaimana ini? bagaimana kalau aku tidak bisa berlagak menjadi wanita yang membencinya kalau dia terus seperti ini?

“Kau merona” ejek Sehun.

“Ya! Itu karena kau.. aish menyebalkan” aku memukul bahu Sehun dengan kesal. Sehun merintih kesakitan tetapi diiringi dengan tawanya yang renyah.

“Hahaha.. Appo, haha. Hentikan! Sakit tahu” Sehun menahan tanganku yang hendak memukulnya lagi. “Kau ini wanita atau apa? tenagamu kuat sekali. Sepertinya tubuhmu mulai membesar”

“Dasar menyebalkan, kalau begini kau pulang saja sana ke Korea!” Aku marah. Ini benar-benar marah, bagaimana tidak? perempuan mana yang rela di ejek kalau dirinya itu gendut. Oh Sehun, nappeun saekki.

“Jangan marah, aku hanya bercanda” kata Sehun membujukku. “Kau tidak gemuk atau jelek atau apalah itu. Lian Kim, kau harus sadar betapa cantiknya dirimu, bahkan di mataku kau seperti dewi surga. Bersyukurlah kau di karuniai Tuhan paras yang cantik dan manis, lihatlah wanita-wanita di luar sana, demi ingin terlihat cantik mereka melakukan segala macam operasi plastik yang biayanya cukup mahal. Jadi apapun dan bagaimanapun dirimu kau harus sadar bahwa kau itu cantik, luar dan dalam”

“Woow Oh Sehun… Daebak!” aku tak percaya dengan apa yang dikatakan Sehun barusan. Dia memujiku! Ya ampun aku tidak percaya ini.

“Kau ini” Sehun mengacak-acak rambutku sambil tersenyum. “Sudah malam, pulanglah. Aku akan mengantarmu” Sehun mengambil tasku dan dia mengeluarkan kunci mobil dari sana. Aku tidak bisa melakukan apapun, sekarang ini pikiranku enah dimana dan hatiku rasanya melambung tinggi. Sehun menggandeng tanganku menuntunku jalan.

Aku masih tidak sadar. Sehun membuatku mabuk kepayang, sungguh! Sampai aku sadar ternyata sudah ada di mobil, Sehun yang menyetir. Tapi setelah itu aku malah tertidur dengan pulas.

 

-oOo-

 

“Lian-ah, bangunlah sudah sampai” kurasakan sebuah suara yang memanggilku dan sebuah tangan yang mengguncang bahu kananku. Perlahan mataku membuka dan terlihat jelas wajah Sehun yang sedang membangunkanku.

“Oh, sudah sampai?” aku mengusap wajahku. “Lalu kau bagaimana?” tanyaku.

“Aku bisa memanggil supirku, tenang saja” ujar Sehun.

“Tapi kau kan…”

“Apa kau lupa siapa aku ini?” Oh okay, aku baru sadar kau ini seorang pengusaha terkenal, anak buahmu tersebar dimana-mana.

“Yasudah pulanglah. Jangan lupa kalau kau sudah sampai kirim sms ya. Eits! Jangan salah paham” aku langsung meninggalkan Sehun dan berjalan memasuki gedung Apartemenku.

“Bagaimana kalau ada yang menculiknya?” mulailah pemikiran-pemikiran gilaku yang belum tentu akan terjadi. “Oh, come on. Dia sudah dewasa dan bisa menjaga dirinya sendiri, Lyla, kau tidak perlu mengkhawatirkannya” ucapku pada diri sendiri.

Kemudian aku langsung memasuki lift menuju lantai 54. Entah sudah berapa lama aku menggigit jari-jariku. “Tapi aku khawatir! Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Sehun? Bagaimana ini? Apa Sehun sudah sampai di hotelnya? Oh Tuhan selamatkanlah Oh Sehun”

Untung saja di lift hanya ada aku seorang, jadi aku bisa leluasa mondar-mandir dan mengeluarkan serentetan kata-kata yang menyebutkan kekhawatiranku. Tak peduli dengan CCTV yang terpasang di pojok kanan atas lift ini. Dan juga aku tidak peduli dengan petugas yang sedang berjaga dan monitor yang menayangkan video yang terekam oleh CCTV.

Aku terus saja mengecek handphoneku, menunggu kabar dari Sehun. Sampai aku sudah di kamarpun, Sehun belum saja menghubungiku. Sungguh aku mengkhawatirkannya, dia seorang turis disini, dan belum tentu juga dia hafal jalan menuju hotelnya. “Eh tapi dia bisa mengantarku ke Apartemen dengan selamat, kok” aku menyangkal sendiri pemikiran yang kubuat.

“Lian-ah, kau belum tidur?” tanya Minka dari luar kamarku. “Eo, belum. Kau tidur saja duluan” ujarku menjawab.

“Oke”

Sepertinya Minka sudah masuk ke kamarnya, lampu di ruang depan juga sudah dimatikan. Aku melihat jam digital yang terletak di meja samping tempat tidur, menunjukkan pukul satu pagi.

“Sampai jam segini pun, Sehun belum mengabariku” tak lama aku merasakan mataku yang mulai menutup perlahan. Setelah itu aku terlelap dan tidur dengan nyenyak.

 

-oOo-

 

            Tring~Tring~Tring~ handphoneku berbunyi. Aku terbangun dari tidurku, jam menunjukkan pukul 4 pagi.

“Siapa yang menelpon di pagi buta sih??!” aku kesal sekali dengan suara handphoneku yang terus saja berdering. Tertera sebuah nama di layar handphone.

Oh Sehun

Dengan sigap aku mengangkat panggilan tersebut. “Hallo?”

“Hallo, apa benar ini nona Lyla?” tanya seseorang dari telepon ini. Bukan Sehun, lalu siapa ini?

“Ya, benar saya sendiri. Maaf dengan siapa ini?” tanyaku. Rasa takut seketika menjalari tubuhku.

“Sebelumnya kami mohon maaf menggangu tidur anda. Kami dari pihak kepolisian, mengabarkan bahwa pemilik handphone ini, Oh Sehun warga negara Korea Selatan mengalami kecelakaan dan sedang koma—“ hatiku mencelos mendengar kabar ini, panik—aku langsung panik. “Sekarang sedang berada di UGD rumah sakit—“

“Saya akan kesana, tolong jaga Oh Sehun saya mohon” dengan terisak aku mengambil barang-barang seadanya. Yang aku ingat aku langsung menyambar kunci mobil dan berlari keluar dari apartemen dengan tergesa-gesa.

Jalanan sedang lengang, mobil yang melaju hanya satu sampai lima mobil saja. Aku menambah kecepatanku, dengan air mata yang mengalir di pipi.

“Sehun-ah… Sehun-ah… Sehun-ah” aku terus saja memanggil nama Sehun sambil terisak. “Kumohon… bertahanlah, Sehun-ah

“Ya Tuhan… apa yang terjadi padanya??”

To Be Continue

 

 

Coming Soon :

[    Perfect Idol [Part 11]    ]

 

“Aku tidak pulang semalam” jawab Sehun.

Mworago??”

“Tapi bisakah aku masuk terlebih dahulu?” dan tanpa seizinnya, Sehun langsung masuk ke apartemen. Lyla masih saja heran dan tidak mengerti, lalu dia ikuti Sehun yang terlebih dahulu masuk ke dalam, ia lihat Sehun sedang tidur terlentang di sofa panjang.

“Sehun-ah, bisa kau jelaskan mengapa kau ada di depan apartemenku sepagi ini?” tanya Lyla.

 

 

Note:

Annyeonghaseyo,

Aku come back setelah hiatus, lama juga yak? Ini aku bawa part selanjutnya dari ff perfect idol. Maaf juga kalau kelamaan nggak update part ini, sebenernya part 10 udah ada tapi belum aku post, hehehe ._.v. Terima kasih udah nunggu lama dan mungkin part ini rada-rada absurd ya? .-. dan juga terima kasih buat yang udah kasih komennya. Fanfiction ini kayaknya aku post di blog ini aja ya

Sudahlah sekian kata-kata dari author, terima kasih ^^. Oh ya buat reader yang baca kali ini mohon komentarnya yaaaa, oke see you next part!

12 thoughts on “Perfect Idol [Part 10]

  1. authornya bikin was was haha 😀
    tp thor boleh saarn kga.?
    coba utk part slnjt’y lbh d banyak’n dialog berbahasa korea biar lebih dpt feel sehun’y, lo bhsa indonesia mulu malah berasa bukan sehun di dalamnya..
    eothe.? hehe 🙂
    mianhae 😦

  2. Waah ffnya keren, aku baru liat dari sebelomnya wattpad!
    Yg chap 11 blm ada ya? Cepet di lanjut dong, penasaran sama kelanjutannya nih hehe

Leave a comment