Perfect Idol [Part 9]

Gambar

 

Author : cantikajulia

Twitter : @CantikaJN

Main Cast :

–          Oh Sehun

–          Lian Kim or Lyla [OC]

Support Cast :

–          Kim Jong In a.k.a KAI

–          Chae Jang Mi [OC]

–          Park Min Ka [OC]

–          Others

Genre : Romance

Lenght : Chaptered

Rate : Teenager or PG 15

Poster by : http://giriratnafanfic.wordpress.com/

Disclimer : FF ini terinspirasi dari novel Ilana Tan yang summer in seoul, dan yang lainnya hasil dari imajinasi author. Jadi terima kasih buat yang baca dan yang komen juga, dan buat admin yang post ff aku: Gamsahamnida ^-^

 

-PERFECT IDOL PART 9-

 

            Ketika hendak membuka pintu butik, Sehun di cegat oleh seorang wanita berparas seperti orang Korea. Sehun mengernyitkan dahinya.

            “Oh Sehun! kau Sehun kan?” tanya si wanita tadi dengan menggunakan bahasa Korea. Sehun memperhatikan wanita itu dari atas hingga bawah, wanita itu mengenakan pakaian yang modis. Mungkin pengunjung butik Lyla yang kebetulan penggemarnya, pikir Sehun. Tapi wajahnya seperti orang Korea asli, tidak mungkin Sehun salah perkiraan.

            “Ya benar. Maaf anda siapa ya?” tanya Sehun yang sama sekali tidak mengenali wanita yang ada di hadapannya itu.

            “Aku Minka, Park Minka, teman Lian Kim. Apa kau masih ingat?” jawab Minka dengan antusias.

            “Hmmm…” Sehun mengingat-ingat kembali siapa wanita itu. “Oh Minka yang tinggal bersama dengan Lian kan? Ya aku mengingatmu sekarang”

            “Waaah senang sekali bertemu denganmu lagi. Eh bagaimana bisa kau di Indonesia?” tanya Minka penasaran.

            “Ada sedikit urusan” Sehun menjawab dengan santai.

            “Sepertinya kau baru saja meninggalkan butik Lian ya? Apa kau sudah bertemu dengannya?”

            “Aku baru saja mau pergi, tadi sudah bertemu dengan Lian. Kau tinggal di Indonesia?”

            “Aku bekerja bersama Lian. Kau sudah sarapan?” tanya Minka yang sebenarnya basa-basi, tetapi Sehun menanggainya dengan pertanyaan normal.

            “Oh kebetulan aku belum sarapan. Kau mau mentraktirku ya?” tanya Sehun menggoda.

            “Cih, padahal aku hanya basa-basi” gumam Minka. “Baiklah ayo ku traktir, seharusnya sih kau yang mentraktirku, kau kan boss”

            “Hahaha sekali-kali boleh dong”

            Mereka pun berangkat menaiki mobil yang tadi Sehun bawa, Minka mengajaknya ke sebuah kafe yang tidak terlalu jauh dari butik Lian. Sesampainya di sana, Sehun di tawari nasi goreng oleh Minka karena belum pernah merasakan nasi goreng, akhirnya Sehun mencicipinya.

            “Hmm.. tidak buruk” Sehun mengangguk-anggukan kepalanya menilai rasa masakan yang di makannya.

            “Apa ini kunjungan pertamamu ke Indonesia?” Minka bertanya sambil mengunyah makanannya. Sehun mendongak dan mengelap bibirnya dengan tissue yang terletak di sebelah kanan tanyannya.

            “Ya, aku baru pertama kali ke sini. Sudah berapa lama kau di Indonesia, Minka-ssi?” Sehun balik bertanya.

            “Sekitar… delapan bulan mungkin. Aku lupa” Minka mengangkat kedua bahunya. “Sehun-ssi.. sebenarnya aku ingin sekali bertanya padamu” ucap Minka.

            “Tanya saja” Sehun menjawabnya dengan cuek.

            “Anu.. mungkin ini bukan urusanku, tapi aku tidak bisa diam saja melihat sahabatku seperti itu. Begini, dulu aku tahu dia sedang dekat dengan mu.. entah kenapa Lian yang biasa, berubah menjadi Lian yang ceria. Walaupun dia selalu mengeluhkan dirimu, tetapi ekspresi yang di pancarkannya sungguh sangat berbeda”

            Sehun mendengarkan ulasan Minka dengan seksama dan penuh pemikiran.

            “Sebelumnya aku belum pernah melihatnya seperti itu, bahkan saat masih bersama Kim Kong In pun ia normal-normal saja. Dia pernah di sakiti oleh pria hingga ia bilang padaku bahwa dirinya sudah tidak memercayai kaum lelaki lagi” Minka berhenti bercerita, ia kembali memakan makanannya.

            Sehun terkejut mendengarnya, merenungkan setiap kata yang di ucapkan Minka. Persis ceritanya itu mengarah kepadanya, ia juga pasti menyakiti hati Lyla lagi. Sungguh bodoh sekali dirinya ini, dulu itu dia tidak mengerti apa yang dilakukannya hingga membuat Lyla menangis.

            “Lalu?” Sehun penasaran dengan kelanjutannya.

            “Kemudian ia bertemu denganmu dan pemikiran tentang Lian tidak percaya laki-laki—selain Baekhyun dan ayahnya—menjadi gadis SMA yang sedang jatuh cinta. Di situlah aku merasakan perbedaannya, tetapi…. aku masih ingat ketika suatu hari ia pulang ke rumah dengan wajah yang sangat, sangat kacau, kau tahu. Saat itu aku dan Baekhyun ada dirumah, kami berdua juga bingung ada apa dengannya itu” Minka berhenti untuk menarik napas.

            “Keesokannya baru ku ketahui bahwa kau lah penyebabnya yang membuat Lian kacau seperti itu. Dan setelah itu kau tahu apa yang terjadi padanya?” tanya Minka pada Sehun.

            “Kenapa?” Sehun malah di buat makin penasaran.

            “Dia berubah kembali. Bukan Lian si gadis yang biasa, melainkan Lian gadis yang super dingin, sarkastik, dan hatinya semakin membeku. Aku tidak tahan melihatnya seperti itu, tolonglah selesaikan masalahmu dengan Lian itu”

            Sungguh informasi yang mengejutkan. Sehun tidak tahu begitu banyak perubahan yang di alami Lyla di karenakan dirinya. Rasa bersalah pun makin bertambah. Sehun merutuki dirinya karena telah menyakiti Lyla dan membuatnya membenci Sehun, dirinya sendiri. Sungguh bodoh dirinya ini.

            “Lalu apa yang harus ku lakukan?” tanya Sehun berharap ada solusi untuknya agar memperbaiki hubungan ini.

            “Tanyakan saja pada dirimu sendiri, Oh Sehun. Hahahah” Minka tertawa di atas penderitaan pria yang ada di hadapannya. Sungguh kejamnya wanita itu. “Eh aku bercanda, Sehun-ssi. Jangan di masukkan ke hati ya, hehehe *peace” Minka malah cengir-cengir sendiri. Sehun mendengus sebal.

            “Tadi sikapnya juga sangat dingin kepadaku. Apa dia juga seperti itu kepadamu?”

            “Apa? ya tidaklah. Mana mungkin dia seperti itu kepadaku, setahu ku dia hanya seperti itu terhadap orang yang belum ia kenal” ujar Minka sambil meminum jus alpukatnya.

            “Tapi kita sudah lama saling mengenal, lho” tukas Sehun.

            “Mana ku tahu” Minka mengangkat kedua bahunya lagi tanda tidak tahu.

            “Apa dia selalu ada di butiknya?” tanya Sehun yang sebenarnya masih banyak pertanyaan yang ia ingin ketahui.

            “Hmm.. itu dia yang aku khawatirkan! Selama mempersiapkan fashion shownya, ia bekerja mati-matian tak mengenal waktu. Padahal aku selalu menawarkan diri, tapi dia menolaknya dengan alasan inilah, itulah” Minka memberi jeda sebentar. “Sampai akhirnya, dia sampai tidur di butiknya hampir satu minggu ini. bayangkan itu! Dia bekerja terlalu kuat, Sehun-ssi. Tolonglah peringati dia”

            “Bagaimana aku bisa memperingatinya! Datang saja dia bersikap seperti itu”

            Minka terdiam membenarkan ucapan Sehun. Akhir-akhir ini, Minka selalu saja merasa khawatir dengan keadaan temannya itu. Bekerja terlalu keras pun tidak baik untuk tubuh Lyla yang membutuhkan banyak istirahat.

            Sehun dan Minka di kejutkan oleh sebuah dering telepon yang ternyata berasal dari handhone Minka. Tertera di layar Smartphone nya nama Lian di sana. Tak butuh waktu lama, Minka langsung mengangkat panggilan tersebut.

            “Hallo?”

            ‘Minka, kau dimana sih??!’ kata Lyla dengan nada setengah kesal.

            “Oh, aku sedang sarapan di kafe. Iya iya. Sebentar lagi. Eh dasar kau ini, istirahatlah. Iya sebentaaaarrr.. tunggulah. Bye” Minka menutup teleponnya diiringi helaan napasnya.

            “Sehun-ssi, sepertinya aku harus berangkat, Lian sudah marah-marah nih. Eh makanannya kau yang bayarkan?” Minka langsung memn]benahi barang-barangnya dan juga membenahi rambutnya yang sedikit kusut.

            “Tenang saja. Aku tidak pernah membiarkan seorang wanita yang membayar” ucap Sehun tapi tak mengalihkan pandangannya dari iPhone nya yang sedari tadi ia mainkan.

            “Oke sip” Minka meninggalkan Sehun yang masih di kafe sambil memainkan iPhone. Sebuah taksi meluncur dihadapannya dan ia langsung menaikinya tanpa pikir panjang menuju butik.

 

 

            Lyla berjalan mondar-mandir di ruangannya. Ia terus menggigiti kuku cantiknya karena terlalu gugup. Tak berapa lama setelah itu, pintu ruangannya terbuka—menampakkan Minka yang baru datang.

            “Dari mana saja kau?” tanya Lyla dengan ketus.

            “Heyy.. maafkanlah temanmu ini. Tadi aku mampir dulu ke kafe untuk sarapan” jawab Minka dengan cengiran khasnya.

            “Dengan si pria brengsek itu kan??” nada bicara Lyla berubah menjadi semakin ketus.

            “Maksudmu Sehun?” Lyla mendengus dengan sinisnya. “Kau! Kenapa kau berubah menjadi sinis kepadaku sih??”

            “Sudahlah! Jika kau bertemu dengan pria itu lagi—“ belum saja ia menyelesaikannya, langsung di potong oleh Minka.

            “Kenapa? Kau cemburu? Tenang saja aku sudah punya Baekhyun!”

            “Arrrrggghh!!” Lylaa berteriak frustasi dan tangannya mengacak-acak rambutnya dengan kasar. “Kenapa pria itu muncul lagi di hidupku??”

            “Kau terlihat kacau, Lian! Ku bilang istirahatlah. Pulang ke apartemen dan tidur di sana, biar aku yang membereskannya, oke?” Minka ditambah bingung dengan temannya yang satu ini. Sebearnya kasihan juga melihat Lian yang seperti ini, pikir Minka.

            “Aku, aku sepertinya ingin pulang” kata Lyla dengan suara parau.

            “Oh yeay! Akhirnya kau menuruti kata-kataku, Lian-ah. Pulanglah, perlu aku antar?” Minka menawari untuk mengantar Lyla, takutnya akan terjadi sesuatu di jalan terhadap temannya ini. Secara Jakarta kota yang rawan sekali terhadap kriminalitas.

            “Tidak perlu. Aku sudah besar dan bisa pulang sendiri, kok. Nanti aku naik taksi deh” Lyla menolaknya dan memilih untuk menaiki taksi untuk membawanya ke apartemen.

            “Yasudah hati-hati ya” Lyla melambaikan tangannya tanda terima kasih. Ia menuruni anak tangga dengan pelan-pelan karena tenaganya belum di charge dari semalam.

            Taksi yang Lyla tumpangi pun melaju menjauhi pelataran butiknya. Di taksi pun tak segan-segan Lyla tertidur hingga pulas, hingga akhirnya ia terbangun karena sang supir taksi membangunkannya.

            “Oh sudah sampai ya, Pak?” kata Lyla masih dengan setengah sadar.

            “Iya, Neng” dengan sigap Lyla mengambil uang puluhan ribu untuk membayar taksinya. “Kembaliannya, Neng” Lyla yang baru akan membuka pintu mobil kembali menatap si supir taksi.

            “Kembaliannya buat Bapak saja” ujar Lyla dengan senyumannya.

            “Terima kasih, Neng” Lyla keluar dari taksi dan berjalan memasuki gedung apartemen yang lumayan mewah untuk nya.

            Masuklah ia ke apartemennya yang sudah lama—mungkin seminggu lebihnya—ia belum pulang kesini. Dilepasnya flat shoes yang sedari tadi bertengger membalut kakinya.

            Lyla berjalan dengan sempoyongan menjinjing tas nya dengan malas. Ketika di ruang keluarga, Lyla di kejutkan oleh seorang laki-laki yang sedang santainya menselonjorkan kakinya di sofa milik Lyla sambil memakan cemilannya pula.

            “Adrian?? Ngapain kamu di sini?” tanya Lyla terkejut. Laki-laki yang bernama Adrian itu menoleh dan tersenyum kekanakan.

            “Hey sepupu, apa kabar? Balik ke Indo kok gak ngabarin sih?” Adrian merubah posisi duduknya menjadi berdiri dan langsung berhambur menghampiri Lyla.

            “Kamu belum jawab pertanyaanku, Adrian. Kamu kok bisa masuk ke apartemenku??” Lyla sungguh ke heranan mendapati sepupunya berada di apartemennya. Dia pun bingung juga bagaimana bisa Adrian masuk ke apartemen.

            “Oh itu.. tadi jam 7 gue datang, tapi yang buka pintu bukan lo melainkan teman lo itu yang mukanya kayak artis-artis di drama Korea yang sering di tonton ibu di rumah. Lalu gue tanya ke dia, duh tahu gak lo, bahasa Indonesianya ancur banget! Untung saja selama dua puluh empat tahun tinggal di Indonesia jadi buat gue ngerti akan bahasanya yang semraut itu” Adrian menarik napas sebentar.

            Lyla yang mendengarkan cerita heboh Adrian langsung menggeleng-geleng. Adrian yang biasanya cowok cool tapi jika sudah berbicara bersama Lyla entah kenapa menjadi cowok rempong. Walau pun usianya terpaut satu tahun dan berbeda jenis kelamin, Lyla sangat dekat dengan anak tantenya ini.

            “Norak banget sih kamu” ejek Lyla hingga ia tertawa. Adrian cengengesan menanggapinya. “Terus bagaimana?” tanya Lyla yang ingin mendengarkan kelanjutan dari cerita Adrian.

            “Terus gue di titipin kunci apartemen oleh Min..min—siapalah itu” Lyla beranjak ke dapur mengambil dua kaleng soda untuknya dan Adrian.

            “Gue dengar lo akan menggelar acara fashion show ya?” tanya Adrian sambil menyeruput minumannya.

            “Iya, kok tahu? Padahal kan kata Mamaku kamu tinggal di Bali kan untuk sementara waktu?”

            “Gue lagi liburan terus mampir dulu ke rumah tante, sumpah dia langsung peluk-peluk gue, malu banget! Mana ada cewek gue lagi” Lyla meluncurkan tawanya saat melihat ekspresi Adrian yang sulit di gambarkan.

            “Haha.. kamu itu ya”

            “Oh iya.. sebenarnya gue ke sini untuk memberi tahu sesuatu” kata Adrian.

            “Apa?”

            “Bulan Juni gue akan menikah”

            “Hah?? Serius kamu? Kok gak bilang-bilang sih! Aku mau lihat dong calon istri kamu, Yan!” Lyla sungguh terkejut akan informasi yang mendadak dari kakak sepupunya itu. “Ish.. kamu itu ya. Itu dua bulan setengah lagi bukan? Sudah pesan baju pengantinnya?” Lyla nampaknya menjadi heboh dan sibuk sendiri.

            “Sudah kayaknya deh”

            “Batalin!” ucap Lyla dengan sedikit membentak.

            “Hah? Lo gila apa? Udah di bayar tuh”

            “Aku bilang batalin, Adrian. Aku mau buat gaun pengantinnya buat calon Kakak ipar sepupu! Aku gak mau tahu ya, Yan. Cewekmu harus pakai gaunku, titik!”

            “Emangnya lo bisa? Gak cukup kali dua bulan mah”

            “Bisa kok. Baju-baju buat fashion show juga sudah tinggal finishing, selebihnya kan bisa di bantu temanku. Besok aku mau ketemu cewek kamu ya, Yan!” Lyla bersikukuh ingin membuatkan gaun pengantin untuk calon istri dari Kakak sepupunya.

            “Serah lo dah” kata Adrian pasrah. “Eh iya.. lo belum ada niatan buat nikah, La?” Adrian bertanya. “Umur segitu gak masalah lho” tambah Adrian.

            Lyla termenung memikirkan kata-kata Adrian. Pikirannya melayang ke setahun yang lalu ketika orang tua Sehun memintanya untuk cepat-cepat menikah, dan di saat itulah Sehun marah besar entah di mana titik kesalahannya.

            “Belum, Yan. Tapi aku boleh minta bantuan kamu gak?” tanya Lyla langsung saat sekelebat mendapatkan ide yang bagus. “Apaan?” Adrian malah bertanya balik.

            “Sini aku bisikin” Lyla membisikkan ide-idenya yang di balas dengan anggukkan Adrian yang artinya ia mengerti apa yang di ucapkan Lyla.

            “Beres dah” seru Adrian. “Eh, gue balik dulu ya. Udah siang, mau jemput dia di rumah temannya” Adrian langsung berdiri dan mengenakan jaketnya.

            “Jangan lupa ajak pacarmu ke butikku ya, Yan!” ujar Lyla saat Adrian mengenakan sepatunya. Adrian hanya membalasnya dengan acungan jempol.

            Setelah itu Lyla langsung merebahkan tubuhnya di sofa panjang. Matanya menerawang dan menghadap ke langit-langit apartemen.

            “Akan ku buat kau cemburu, Sehun-ah”

 

 

            Sore hari di kamar hotel, Sehun hanya mendekam saja di dalamnya. Pria itu sedang memikirkan cara bagaimana ia harus mendekati Lyla dengan lancar. Bahkan ia sendiri bingung apa yang salah dengan ke datangannya ke Indonesia.

            Kring~Kring~Kring. Dering handphone Sehun berbunyi dan membuat lamunan Sehun buyar seketika. Lebih tepatnya yang menelepon itu adalah Ayahnya.

            “Yeoboseyo, Abeoji?” sapanya.

            ‘Karyawanmu berkata bahwa atasannya sedang mengajukan cuti tiga minggu, ada apa sebenarnya??’ Abeoji nya langsung bertanya tanpa basa basi pada anaknya ini.

            “Aku hanya ingin beristirahat sebentar, dan juga ada urusan yang harus ku selesaikan disini” jawabnya dengan raut muka yang sering melekat di wajahnya, yaitu datar.

            ‘Apa? Kenapa kau tidak izin pada Abeoji, huh?’

            “Sekarang aku yang CEO, Abeoji. Tenanglah, setelah urusanku di sini selesai, segera aku pergi dari sini” ucap Sehun tegas.

            ‘Terserah kau lah. Aku hanya tidak ingin perusahaan terbengkalai begitu saja’ kata Abeoji dengan pasrahnya.

            “Baik, Abeoji. Kau bisa memercayaiku, ku tutup teleponnya. Sampai jumpa” Sehun segera mengakhiri sambungan telepon antar negara itu dengan napas lega. Ia disini hanya fokus pada Lyla, Sehun tidak ingin urusan kantornya membuatnya tidak tenang di sini.

            Dengan begitu, Sehun memerintah Luhan dan para anak buahnya untuk mengurusi perusahaan selama ia di Indonesia.

            Sehun bangkit berdiri dan menyeret tas nya dengan cepat lalu keluar dari kamar hotel. Dengan tekad yang kuat sehun berjalan dengan gayanya yang super keren. Tak ayal, setiap wanita yang tak sengaja melintas langsung terpikat pada pesona seorang Oh Sehun. Tapi wajahnya menatap lurus ke depan tanpa menoleh kepada wanita-wanita tersebut.

            Sehun mengeluarkan iPhone dari kantong celana jeans nya, ia berniat menelepon sahabat dari wanita itu. Lama ia menunggu teleponnya di angkat, setelah dering ke lima barulah teleponnya diangkat.

            ‘Hallo’ sapa seorang wanita dari seberang sana.

            “Hallo, ini aku. Bisa kita bertemu?” ucap Sehun.

            ‘Sepertinya bisa, datang saja ke butik’ jawab Minka.

            “Baiklah, i’ll be there for a minuets” Sehun memasuki lift dan menekan tombol untuk ke basement. Ia langsung menghampiri mobil nya yang terparkir dan melaju keluar dari hotel menuju ke butik Lian untuk bertemu dengan Minka.

            Niatnya ia ingin bertanya-tanya tentang Lyla selama di Indonesia, dan ia juga ingin menanyakan segala hal tentang wanita itu. Sesampainya di butik, ia disambut lagi oleh gadis yang tadi pagi. Sehun hanya menyapanya sedikit, ia langsung di ijinkan naik ke atas butik ke ruangannya Minka berada.

            “Sudah sampai? Cepat sekali” ujar Minka saat Sehun baru saja memasuki ruangannya.

            “Ya”

            “Ada masalah apa yang membuatmu menemuiku sampai dua kali dalam sehari?” tanya Minka masih tidak mengalihkan perhatiannya dari manekin yang sudah terbalut dengan kain yang sudah sedikit terbentuk itu.

            “Lyla. Aku hanya ingin bertanya-tanya tentang Lyla” kata Sehun sambil melipat kakinya dan duduk di sofa panjang yang berada di pojokan.

            “Tanyakan saja”

            “Apa orang tuanya tinggal di Jakarta juga?” Sehun memulai pertanyaanya.

            “Tentu saja. Kalau tidak salah rumahnya di suatu perumahan gitu, aku lupa namanya—tapi aku sudah pernah kesana kok. Kau mau mendatangi orang tuanya?”

            “Bukan, bukan. Apa dia tinggal di rumah orang tuanya?”

            “Tidak, Lian tinggal di apartemennya bersamaku”

            “Oh begitu. Lalu kemana dia sekarang?” Sehun mengitari pandangannya ke seluruh ruangan mencari sosok Lyla yang jelas-jelas tidak ada di ruangan itu.

            “Sudah pulang, dia sangat kelelahan karena terus saja mengurusi fashion show nya nanti” Minka terus saja meliliti kain-kain ke manekinnya.

            “Apa dia baik-baik saja?” Sehun mulai khawatir saat mendengar kabarnya dari Minka.

            “Tentu saja dia baik-baik saja dan tampak sehat”

            Sehun menghelah napas lega mendengarnya. “Apa Lyla sedang dekat dengan pria lain?”

            Minka menghentikan aktifitasnya dan membalikkan badan yang semuala membelakangi Sehun sekarang sudah menghadapnya. “Aku tidak tahu apa-apa kalau masalah itu. Kenapa kau tidak tanya langsung saja kepadanya?”

            “Haaah~ kalau begitu, boleh aku minta alamat apartemennya?”

            Minka berjalan menuju mejanya dan mengambil secarik kertas beserta pulpennya. Ia menulis alamatnya bukan menggunakan huruf Hangul melainkan huruf alphabet biasa yang untungnya dimengerti oleh Sehun.

            “Thank You, Minka-ssi” kemudian Sehun pamit pulang ke hotelnya. Saat ini Sehun sedang berkeliling kota Jakarta seorang diri menggunakan mobilnya. Ia berasumsi bahwa Jakarta juga tak kalah dengan kota-kota di luar negeri.

            Hanya saja kota Jakarta tak pernah lepas dari kemacetan, sehingga ia memilih menggunakan jalan tol. Tanpa sepengetahuannya, Sehun malah memilih jalur ke arah Bandung. Karena ia tidak mengetahu apa-apa disini dan bodohnya ia hanya sendirian. Tak ada orang selain dirinya yang mengetahui jalan-jalan yang ada di Indonesia. Sampai akhirnya Sehun keluar dari jalan Tol.

            Tiga puluh menit, mungkin lebih karena ada macet sedikit di jalan Tol, tapi akhirnya ia sampai di tempat entah apa namanya ini. Sehun keluar dari mobilnya dan menghampiri sekumpulan gadis remaja yang sedang mengobrol santai. Ia ingin bertanya, yah mudah-mudahan mereka bisa berbahasa Inggris.

            “Excuse me, can you help me?” tanya Sehun pada salah satu gadis remaja tersebut. Serempak mereka menoleh ke arah Sehun, tampak kasak kusuk diantara mereka, mata para remaja itu berbinar melihat ketampanan seorang Oh Sehun.

            “Oh, sure. What can I do?” Sehun menghelah napas karena salah satu gadis remaja itu bisa berbahasa Inggris.

            “I want to ask you, what’s the name of this place?”

            “This is Bandung, Sir” jawab remaja itu.

            “What is far from Jakarta?”

            “Yeah, are you want to go to Jakarta?” tanya si gadis.

            “Yes, I get lost in here” ujar Sehun lirih.

            “Wait, are you come from South Korea? Looks like you’re not stranger, Sir. Are you an artist?” tanya gadis remaja yang lain.

            ‘Bagaimana anak itu bisa tahu?’ batin Sehun was-was.

            “Ahahaha, No, I’m not an artist. Thank you girls, good bye” Sehun kembali memasuki mobilnya yang terparkir di samping jalan. Ia kemudian mengeluarkan iPhonenya dan langsung menelepon Lyla.

            ‘Hallo’ sapa Lyla dari seberang sana.

            “Ini aku, Sehun. Bisa kau tolong aku?”

            ‘Untuk apa aku menolongmu?’ tanya Lyla dengan ketus.

            “Ayolah, aku tersesat. Tadi aku bertanya, katanya ini di Bandung. Dimana itu?? Aku tidak tahu, Lyla”

            “Yang benar kamu?? Ish dasar. Kok bisa sih?” Lyla nampak menggerutu dan khawatir. “Kamu di mananya?” tanya Lyla.

            “Aku tidak tahu, sebentar” terdengar oleh Lyla bahwa Sehun sedang menanyakan sesuatu pada seseorang entah siapa itu. Kemudian Sehun balik lagi ke Lyla.

            “Katanya ini di jalan Asia-Afrika dekat dengan..hmmm gedung mer..merdeka. Ya itu! Gedung medeka. Cepat datanglah”

            “Tunggu disana dan jangan kemana-mana. Aku segera ke sana”

 

 

            Setelah menerima telepon dari Sehun, Lyla langsung kelabakan dan terlihat linglung. Ia langsung menghubungi Minka agar mengantarnya ke Bandung. Jelas saja Minka terkejut mendengarnya, tetapi akhirnya temannya itu mau mengantarnya.

            Lekaslah mereka berangkat dan menyusul Sehun yang sedang sendirian di sana. Minka memperhatikan temannya yang satu itu, Lyla duduk dengan tegang, Ia terus saja meremas kedua tangannya dengan gugup.

            “Kau kenapa sih?” tanya Minka sambil pandangannya sekali-kali melirik ke arah Lyla. “Tenang saja, Sehun sudah dewasa dan dia bisa menjaga dirinya kok”

            “Aku tidak khawatir kok” jawab Lyla tidak nyambung dengan perkataan Minka.

            “Lho siapa yang tanya?” Minka langsung tertawa mendengarnya. “Berarti benar ya kau masih menyukainya”

            “Apa?? Sekali lagi kau bilang, ku pecat kau” Lyla langsung berubah menjadi garang.

            “WOW..WOW santai, non. Iyadeh gak lagi-lagi” Minka menyerah karena takut di pulangkan ke Korea. “Tapi benarkan?”

            “Ya! Park Minka….” Minka hanya menyengir saja dan kembali fokus menyetir.

            Tak butuh waktu lama lagi, mereka akan sampai di Bandung. Hari sudah mulai terasa sore, mereka belum sampai di tempat Sehun sekarang. Mendadak macet saat di ujung jalan Tol.

            iPhone Lyla berdering menandakan panggilan masuk, dengan sigap Lyla menjawabnya.

            “Hallo?”

            ‘Sudah sampai mana?’ tanya Sehun di telepon. Mendengar suara Sehun, tubuh Lyla langsung tegak seketika.

            “Sebentar lagi, disini macet sekali” jawab Lyla.

            ‘Cepatlah, aku sudah lapar’ ujar Sehun.

            “Sabarlah, jangan kemana-mana sebelum aku sampai, oke?”

            ‘Yasudahlah’ Sehun langsung menutup teleponnya. Lyla kembali menyenderkan tubuhnya ke sandaran.

            “Kenapa?” tanya Minka penasaran.

            “Katanya dia sudah lapar” jawab Lyla.

            “Lalu kenapa kau tidak menyuruhnya mencari makan sembari menunggu kita datang, huh?” ujar Minka.

            “Aku takut dia malah tersasat lagi. Kau tahu kan dia itu orang asing, takutnya ada apa-apa terhadapnya” balas Lyla dengan suaranya yang kentara sekali bahwa ia sedang khawatir.

            “Kau khawatir, Lian-ah. Jangan menyangkalnya”

            “Ku bilang tidak, ya tidak. Aku hanya tidak mau saja orang tuanya menyalahkanku jika terjadi sesuatu padanya” Lyla langsung cemberut. Dia tahu, dia hanya mencari alasan agar Minka tidak mengetahui bahwa sebenarnya ia sangat takut akan terjadi sesuatu pada Sehun. entah itu di todong lah oleh preman-preman di sana, kecopetan lah, dan kejahatan-kejahatan lainnya yang mungkin saja akan terjadi oleh orang asing seperti Sehun.

            “Tenanglah, dia kan laki-laki”

            “Ya aku tahu itu”

            Setelah menunggu kemacetan beberapa lama, akhirnya mobil yang dibawa Minka keluar juga dari gerbang Tol. Lyla terus saja mengarahkan petunjuk pada Minka yang terbilang masih asing juga dengan jalan di Indonesia.

            “Gedung merdeka kan? Terus mana Oh Sehun?” tanya Minka. Mata mereka terus saja mengitari jalanan, tetapi tidak ada tanda-tanda keberadaan Sehun.

            “Sebaiknya ku telepon saja dulu” Lyla langsung menempelkan iPhonenya ke telinga sebelah kirinya. Ketika di dering ketida, barulah Sehun mengangkat panggilan teleponnya itu.

            ‘Yeobeoseyo?’ sahut Sehun menjawab telepon.

            “Kami sudah sampai, kau ada di mana?” tanya Lyla.

            ‘Oh, aku sedang di suatu kedai makanan—entah apa namanya. Kau kesini saja’ ujar Sehun yang terdengar sedang mengunyah sesuatu. Lyla berdecak kesal.

            “Hey! Kenapa kau menyusahkanku sih? Baiklah, jangan kemana-mana lagi, oke” Lyla memutuskan sambungan telepon dengan satu hentakkan jari. Ia menoleh ke arah Minka yang sedang memperhatikannya sambil alisnya mengangkat sebelah.

            “Ayo cari mobilnya dulu” perintah Lyla.

            Tak berapa lama mereka mencari dan akhirnya menemukan sebuah mobil yang terparkir di tempat parkir milik sebuah kedai kecil. Mereka berdua lekas turun dari mobil.

            “Oh Sehun!” panggil Minka yang melihat Sehun sedang duduk di pojokkan sambil memakan satu tusuk sate.

            “Hai, Minka-ssi. Maaf merepotkanmu” ujar Sehun menyudahi makannya. Ia beralih menatap Lyla yang kelihatannya sedang kesal dan menekuk wajahnya sambil cemberut.

            “Hai” sapa Sehun. Lyla berjengit dan menatap kesal ke arah Sehun.

            “Kau menyusahkanku! Kenapa kau datang ke Indonesia hanya untuk membuatku susah, hah? Kenapa kau tidak pulang saja ke negara mu?? Kenapa kau tidak menyibukkan diri saja di kantor mu itu?? Kenapa Oh Sehun?!” maki Lyla mengeluarkan kekesalannya. “Aku tidak tahu apa maksudmu datang kemari dan aku juga tidak peduli lagi padamu!”

            “Wow, tenang lah” Minka mencoba membujuk Lyla agar tenang, tetapi sepertinya temannya yang satu ini sedang gundah karena kekhawatiran dan kekesalannya memuncak.

            “Aku baru sampai, Lyla, masa langsung di suruh pulang?” kata Sehun memberikan senyumannya. Dalam hati, Sehun gembira mengetahui bahwa Lyla sedang mengkhawatirkannya. Kentara sekali, wanita itu dengan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Tetapi ia berusaha menutupi karena gengsinya terlalu tinggi.

            Lyla langsung terduduk dengan lemas di bangku kedai sate itu. Deru napasnya sudah tak karuan, Sehun menatap Lyla dengan seringaiannya. Kini hatinya gembira sekali karena Lyla mau datang jauh-jauh hanya demi dirinya. Walaupun wanita itu selalu menyangkalnya, Sehun tahu bahwa sebenarnya wanita itu mengkhawatirkannya.

            “Kau mau minum apa?” tanya Sehun lembut.

            “Air putih, tolong” ucap Lyla lirih. Tak lama segelas air putih di tambah sedikit es terhidang di depan Lyla, tanpa menunggu lama ia langsung tenggak dengan sekali teguk saja. Sehun dan Minka menatapnya takjub.

            “Apa?!” tanya Lyla garang pada kedua orang itu.

            “Hehehe tidak apa-apa” Minka menunjukkan cengirannya kepada Lyla karena takut Lyla akan naik pitam lagi seperti tadi. Sehun terkekeh melihat tingkah Lyla yang sekarang berubah menjadi wanita garang.

            “Apa kota Bandung indah?” tanya Sehun kepada Minka. Minka hanya mengedikkan kedua bahunya tanda tak tahu.

            “Aku tidak tahu. Tanya kan saja pada pri bumi itu” ujar Minka sambil menunjuk Lyla menggunakan dagunya. Lyla yang melihatitu langsung melotot pada Minka.

            “Aku mau jalan-jalan” ucap Sehun entah kepada siapa.

            Minka langsung berseru gembira, matanya berbinar binar jika sudah menyangkut wisata. Lyla hanya berdecak melihat kelakuan dua orang yang bersamanya ini.

            “Ayolah, Lian-ah. Semenjak aku datang ke Indonesia, aku belum berkeliling untuk melihat-lihat setiap kotanya” kata Minka membujuk temannya itu.

            “Eh tapi bukannya kau masih ada kerjaan ya, Minka-ssi??” Lyla mengejek temannya itu dengan seringaiannya. “Jika tidak beres, kau tidak akan ku gaji”

            “Jahat sekali. Yasudah aku pulang saja, sendiri. Aku tidak mau mengangkutmu” Minka langsung cemberut dan pergi meninggalkan Sehun dan Lyla di restaurant. Sehun ingin tertawa sekali saat itu juga, tapi dia tidak ingin kena masalah lagi dengan Lyla.

            “Lho? Dia benar-benar meninggalkanku, dasar. Awas kau Park Minka, aku kan hanya bercanda” ujar Lyla geram. “Bagaimana kalau dia tersesat? Ini kan sudah malam”

            “Sudahlah. Ayo pergi” Sehun bangkit berdiri dan membayar makanannya di meja kasir. Lyla terus saja memperhatikannya, matanya tidak beralih kemana pun.

            Mereka berdua pulang dan balik ke Jakarta, tanpa memikirkan rencana berkeliling kota Bandung. Di dalam mobil hanya berdua, Lyla dan Sehun. Tapi tak ada satu pun yang membangun percakapan di antara mereka. Lyla sendiri menyibukkan diri dengan melihat ke arah luar jendela yang jelas-jelas tak akan terlihat apa yang ada disana. Dan Sehun, dia hanya fokus untuk menyetir.

            Tiba-tiba handphone Sehun berbunyi membuat mereka tersentak kaget. Sehun mengambil sebuah earphone dan menempelkannya di telinga kanan.

            “Yebeoseyo?” sapa Sehun pada seseorang di telepon sana. Lyla menajamkan telinganya ingin mengetahui dengan siapa Sehun berbicara.

            “Oh kau, Chae Jang Mi. Ada apa malam-malam begini?” seketika Lyla membelalak kaget mendengar dengan siapa Sehun berbicara. Saat itu juga berbagai pertanyaan menghampiri otaknya.

            Lyla bertanya-tanya, bagaimana hubungan Chae Jang Mi dan Sehun? Apa tujuan Chae Jang Mi menelepon Sehun? Kenapa pria itu masih berhubungan dengan Chae Jang Mi?

            “Aku sedang menyetir. Lain kali ku telepon” Sehun memutuskan sambungan teleponnya. “Aish! Aku belum terbiasa menyetir di sebelah kanan!” gerutu Sehun.

            Lyla tidak menanggapi gerutuan Sehun itu. Biarkan saja Sehun seperti itu, salahnya sendiri kenapa harus datang ke Indonesia.

            “Apa ini sudah memasuki Jakarta?” tanya Sehun. “Sepertinya” Lyla menjawab.

            “Kau mau langsung kuantar ke apartemenmu?” Sehun bertanya dengan lembut.

            “Ya, aku sudah lelah sekali”

            “Maafkan aku” ucap Sehun. Lyla tak berkutik, dia bingung mau mengatakan apalagi, jadilah ia sendiri tidak berbicara lagi hingga sampai dia tertidur.

            Sehun yang melihat Lyla tertidur langsung tersenyum, rasanya seperti Sehun kembali dekat dengan wanita itu. Hingga akhirnya mereka sampai di apartemen dimana Lyla tinggal.

            Sehun belum saja membangunkan Lyla, dia inging lebih lama bersama wanita itu. Di tatapnya wajah Lyla yang sedang tertidur itu, matanya yang terpejam dengan bulu mata yang lentik, hidungnya mungil dan mancung, bibirnya yang mengkilap karena lipgloss yang dikenakannya, ingin sekali Sehun mengecup bibirnya. Tapi dia tahu, mereka belum berbaikan.

            Diusapnya kepala Lyla dengan lembut dan penuh kasih sayang. “Hey, bangunlah. Kita sudah sampai” kata Sehun membangunkan Lyla.

            “Oh.. emmmm” Lyla menggeliat saat bangun tidur. “Sudah sampai?”

            “Tentu. Mau sampai kapan kau tertidur hingga air menetes dari mulutmu?” ejek Sehun.

            “Apa?? aku tidak mengiler!” Lyla panik.

            “Hahahaha aku hanya bercanda”

            “Huh dasar! Aku pulang, terima kasih tumpangannya” Lyla hendak membuka gagang pintunya, tapi tangan Sehun menahannya.

            “Tunggu” Lyla berbalik menghadap Sehun. “Aku belum mengucapkan terima kasih, bukan?” Lyla mematung, jaraknya dengan Sehun sangat dempet, ia bisa melihat wajah Sehun dengan jelas. Hatinya bergemuruh. “Terima kasih” ucap Sehun dengan senyuman yang memabukkan Lyla.

            Tak lama ia tersadar dan langsung menjadi canggung, “Oh iya..eh aku anu pulang. Bye” Lyla langsung keluar dari mobil dengan gerakan cepat.

            Hatinya masih bergemuruh, ia memegangi dadanya yang berdetak dengan tidak normal. “Oh Sehun” ucapnya menyebut nama pria yang mungkin saja sudah pergi di belakangnya.

            “Aku belum memulai balas dendamku, tapi kau sudah membuatku jatuh kedalam perangkapmu lagi. Shit”

 

 

                                                                                           To be continue

5 thoughts on “Perfect Idol [Part 9]

  1. Annyeong thor,sebenernya aku readers lama tpi bru sempet komen 🙂 mian ne oh ya kpn chap selanjutnya di post dah lumutan nih nunggunya 😀 cpt ya thor

Leave a comment