Perfect Idol [Part 8]

Gambar

Author : CJN a.k.a cantikajulia

Twitter : @CantikaJN

Main Cast :

–          Oh Sehun

–          Lian Kim or Lyla [OC]

Support Cast :

–          Kim Jong In a.k.a KAI

–          Chae Jang Mi [OC]

–          Park Min Ka [OC]

–          Others

Genre : Romance

Lenght : Chaptered

Rate : Teenager or PG 15

Poster by : http://giriratnafanfic.wordpress.com/

Disclimer : FF ini terinspirasi dari novel Ilana Tan yang summer in seoul, dan yang lainnya hasil dari imajinasi author. Jadi terima kasih buat yang baca dan yang komen juga, dan buat admin yang post ff aku: Gamsahamnida ^-^

-PERFECT IDOL PART 8-

*Autor POV*

Sudah sepuluh menit Lyla menangis tersedu-sedu, dan sudah lama pula seseorang memperhatikannya dari arah warung tenda yang tak jauh dan tak terlalu dekat juga dari taman. Untung saja tidak ada yang melihat Sehun dan Lyla karena di taman tidak banyak orang.

Lyla masih duduk di bangku taman dengan tatapan kosong, dirinya masih syok atas kejadian barusan. Seseorang yang tadi berada di warung tenda pun kini menghampiri Lyla ke bangkunya.

Seseorang itu menepuk bahu gadis itu. “Lian-ah” ujarnya memanggil Lyla. Lyla meresponnya dan menengadahkan kepalanya ke atas karena posisinya yang duduk.

‘Jongin’ ucap Lyla dalam hati. Lyla tak kunjung angkat bicara.

“Apa kubilang, seharusnya kau mendengarkanku kan? Apa ang ku khawatirkan benar terjadi, kau akan di campakkan begitu saja, dan aku tahu sekarang kau menyesal” ucap Jongin.

Lyla hanya termenung meresapi ucapan Jongin itu, dia terus berpikir dan berpikir. Hatinya memang sakit, tapi dirinya tidak merasa menyesal telah mengenal Sehun.

“Lupakanlah dia, aku selalu ada di sampingmu, Lian-ah” kata Jongin dengan mata penuh harapan.

Hati Jongin serasa di sayat melihat gadis yang di cintainya disakiti orang lain. Ia pun merasa bodoh karena tidak bisa berbuat banyak untuk menghibur gadis yang berada di dekatnya.

“Bicaralah” perintah Jongin.

“Apa?” tanya Lyla dengan lemas.

“Haah sudahlah. Ku antar kau pulang” Jongin sudah kesal dan hendak berdiri.

“Tidak usah, aku bisa pulang sendiri kok” kata Lyla. Jongin pun berbalik dan menatap Lyla dengan alisnya ang mengangkat.

“Ku antar” paksa Jongin.

“Kumohon.. aku hanya butuh sendiri saja itu sudah cukup membantuku, Kai-ssi”

“Yasudah kalau itu maumu. Kalau ada apa-apa kau bisa menelponku”

“Yaaa”

Setelah itu Lyla menaiki bus menuju ke gedung apartemennya, rasanya ingin cepat pulang ke rumahnya. Sesampainya di apartemen, sudah ada Minka dan Baekhun yang duduk di ruang tengah dan sedang tertawa-tawa.

“Lian-ah, sudah pulang?” tanya Baekhyun. “Yaa” jawab Lyla singkat.

“Hoy kau mau tahu tidak?? aku punya kabar baik nih” ucap Baekhyun dengan riang.

Lyla ikut duduk di lantai berkarpet bersama Minka dan Baekhyun dengan wajah yang masih lesu. Tapi Lyla tidak ingin kedua temannya ini mengetahui masalahnya dengan Sehun, dia akan memendamnya seorang diri saja.

“Ada apa?” tanya Lyla.

“Tadi, desainer yang kau ceritakan itu datang kemari saat Baekhyun dan aku makan Ramyeon, tapi sayangnya kau tidak ada dirumah. Wanita itu berpesan agar kau menemuinya di galery nya..” ucapannya terputus karena Minka sedang mencari-cari sebuah ID card milik desainer itu.

“Nah ketemu. Ini alamatnya, besok datanglah kesana oke?”

“Ya Lian Kim! Kenapa kau tidak menceritakannya padaku hah?? Wae? Wae?” tutur Bekhyun denga geram.

“Hey Byun Baekhyun! Ketemu dirimu saja aku jarang, dasar pabo! Sudah aku ke kamar dulu” lekas Lyla menuju kamarnya.

Melupakan sejenak masalahnya dengan Sehun. Lyla menatap ID card yang di terimanya dari Minka tadi, Lyla bertekad akan memulai karirnya dengan mencoba mendatangi wanita desainer itu.

Banyak pikiran yang mengahmpiri Lyla sekarang, mulai dari masalahnya dengan Sehun, keluarganya di Indonesia, keluarga tuan Oh ang sudah mempercayainya, kebohongan yang di buat Sehun dan dirinya. Semua itu sekarang berada di pikiran Lyla dan membuatnya semakin frustasi.

Lyla berharap Sehun menghubunginya dan meminta maaf atas kesalahannya, namun kenyataanna laki-laki itu tidak menghubunginya. Mungkin Jongin benar, Lyla harus melupakan Sehun mulai dari sekarang. Lyla pun mematikan iPhonenya.

Bergegas ia mengambil handuk dan menuju ke kamar mandi, mungkin mandi kana merileksasikan tubuhnya yang lelah.

*Di tempat lain, di waktu yang sama*

Sepulang dari kediaman orang tuanya, Sehun pulang ke rumah nya. Otaknya terus memutar kejadian tadi sore di taman, wajah Lyla lah yang sekarang terbayang-bayang di pikirannya. Rasa bersalah pun menghantuinya karena telah menyakiti hati gadis yang di cintainya. Sehun pun tak mengerti mengapa dia melakuan hal tersebut dan membuat Lyla menangis.

Di rumah, Sehun terus merutuki dirinya yang bejat ini. mungkin Lyla tidak sudi lagi melihat Sehun, gadis itu pasti akan merasakan sakit hati yang mendalam.

“Kenapa aku menyakitinya???!! Arrgghh!!” kekesalannya telah mencapai puncak. Sehun menjambaki rambutnya dengan rasa frustasi.

Sehun mencoba menghubungi nomor telepon Lyla, tak berhasil. Lyla men shut down handphonenya. Makin frustasi karena Lyla tidak bisa di hubungi.

            Lagi dan lagi Sehun mencoba menelpon gadisnya. “Angkatlah.. aku akan menjelaskannya!!!”

*Satu tahun berlalu*

Sudah satu tahun mereka tidak bertemu. Walaupun tinggal di kota yang sama, mereka berdua tidak pernah bertemu lagi setelah masalah lalu karena mereka di sibukkan oleh pekerjaan masing-masing, Sehun di sibukkan dengan urusan perusahaan ayahnya sedangkan Lyla sekarang ia sedang menyelesaikan ujian akhir.

Tiga bulan ini, Lyla mempersiapkan wisudanya. Setelah ini ia akan merintis karirnya di bidang fashion, Lyla sudah membuka butiknya di tanah air, Wanita desainer itulah yang membantunya mengembangkan bakatnya dan nama Lian Kim sudah di kenal oleh orang banyak.

Besok adalah hari wisudanya, kemarin sore keluarga Lyla datang ke Korea Selatan untuk menyaksiskan anak sulungnya di wisuda. Minka pun besok akan di wisuda dan kedua orang tua Minka datang dari Busan untuk menyaksikan anaknya juga.

“Apa kau sudah menghubungi Sehun?” tanya Minka menghampiri Lyla yang sedang menyiapkan sesuatu.

“Untuk apa?” tanya Lyla heran.

“Ya memberi tahu kau akan di wisuda besok. Aku tahu kau membencinya, tapi setidaknya kan setelah ini kau tidak tinggal di Korea lagi”

“Biarlah, aku sudah tidak peduli lagi”

“Kenapa ya, kau selalu gagal dalam menjalin hubungan. Padahal kau cantik, bebakat, ramah, banyak hal positif dari dirimu Lian. Di umur kita yang sudah 22 tahun ini seharaunya sudah punya pacar ya” tutur Minka.

“Aku juga tidak tahu. Kau, tunggulah. Besok pasti kau akan mendapatkan laki-laki yang baik hati” ucap Lyla.

“Apa? sok tahu kau”

“Yee gak percaya”

-keesokan harinya di hari kewisudaan-

“Selamat ya Lian, kau lulus sudah memiliki label..” ucap Minka setelah upacara wisuda selesai.

“Kau kan bisa bekerja juga untukku” kata Lyla.

“Ah benar juga, kenapa tidak kepikiran yaaa”

“Hahahahaha” mereka pun tertawa bersama. Tak lama Baekhyun menghampiri keduanya.

“Hai” sapa Baekhyun.

“Hai Baek,” balas mereka berdua.

“Wah selamat ya untuk kalian berdua, aku jadi teringat dengan wisuda ku tahun lalu hahahaha” kata Baekhyun sembari memberikan bunga pada Lian.

“Loh aku gak di kasih?” protes Minka dengan perasaan tidak adil.

“Kalau untukmu berbeda” jelas Baekhyun. Minka heran, Baekhyun dan Lyla bertatapan dan saling melempar senyum.

“Ada apa?” tanya Minka heran melihat kedua temnnya salih tersenyum. Baekhyun merogoh saku jasnya dan mengeluarkan kotak kecil berwarna merah marun, Bakhyun mendekati Minka dan membuka kotak itu di hadapan Minka.

Sebuah cincin terpatri di kotak itu, Minka makin di buat heran. Baekhyun tersenyum dengan manis untuk Minka, lalu dia berkata “Minka, mau kah kau menjadi kekasihku ?”

Minka terkejut bukan kepalang, dia tidak percaya dengan semua ini. Lyla yang melihatnya tersenyum bangga, selama ini Baekhyun selalu cerita akan perasaannya terhadap Minka dari dulu. Temannya yang satu ini terlalu takut untuk menyatakannya, sampai akhirnya Minka pun bercerita bahwa ia mulai memiliki perasaan terhadap Baekhyun.

“Ya aku mau” jawab Minka. Keduanya tersenyum dengan bahagia dan berpelukan.

“Lian-ah” sapa seseorang dari balik tubuh Lyla. Lyla pun menoleh masih dengan senyumnya.

“Ah Kai-ssi”

“Chukkae” ucap Jongin di barengi dengan sebuah buket bunga yang di terima Lyla dari Jongin.

“Gomawoyo”

“Ku dengar, lusa kau kembali ke Indonesia ya?” tanya Kai.

“Ya, aku akan bekerja di sana”

“Lusa aku tidak bisa mengantar mu ke bandara, sayang sekali” kata Kai dengan nada menyesal.

“Tidak apa-apa, Kai-ssi. Mungkin sekali-kali aku akan berkunjung nanti”

“Lian-ah..” panggil Kai.

“Ya?”

“If I was your boyfriend, never let you go” ucap Kai.

“I can’t, I have to go. We are not like they used to be, Kai-ssi’ balas Lyla.

“Apa tidak ada kesempatan kedua?” tanya Kai.

“No, thanks” jawab Lyla yakin. Dia yakin bahwa dirinya dan Kai tidak bisa seperti dulu lagi.

“Ya, sekarang aku tahu. Ada seseorang di dalam hatimu, dan kau sekarang sedang menungunya kan?” selidik Kai.

“Yes, maybe” jawabnya sambil mengedikkan kedua bahunya.

Orang tua Lyla meminta mereka berkumpul untuk mengambil gambar. Semuanya berfoto bersama dengan senyum bahagia, Lyla berharap seseorang datang dan mengucapkan selamat padanya. Tapi seseorang itu sepertinya tidak peduli, Lyla sudah tidak punya hak untuk mengharapkannya.

“Lyla.. ayo kita pulang, nak” ajak Mamanya.

“Ayo kamu harus membereskan barang-barang mu di apartemen” ujar Papa nya.

“Ya kita pulang” akhirnya Lyla dan sekeluarga pulang ke apartemennya menggunakan sebuah mobil yang di pinjamkan dari bekas kantor Papa nya dulu.

#di kamar

Lyla terus saja mengecek iPhone nya, dia berharap laki-laki itu menghubunginya atau mengirim sms hanya untuk sekedar memberinya selamat atas kelulusannya. Sampai menjelang malam pun iPhone nya tak berbunyi.

“Huuuh~” Lyla menghelah napas dengan berat. Besok sore ia sudah meninggalkan Negara Ginseng yang telah memberinya banyak pelajaran ini. Besok pun ia tidak akan bertemu dengan laki-laki itu lagi.

“Lyla sayaang~ ayo kita makan malam, nak” kata Mamanya dengan nada sedikit tinggi dari luar kamar.

“Ya, Maaa” respon Lyla dengan malas. Dia segera bangkit dari kursi meja belajarnya, membereskan sedikit barang-barang yang belum sempat ia pack ke dalam kopernya.

Lyla menuju lemari yang terletak di sudut ruangan, perlahan ia membuka lemari itu. Terpatrilah di dalamnya sebuah dress yang tergantung rapi, dress itu pemberian dari Sehun. Sekelebat memori bersama Sehun terputar dengan sendirinya. Tangannya menyentuh permukaan dress itu dengan mata berkaca-kaca.

Antara bingung ingin membawa dress itu dengan membiarkannya saja di lemari ini. Tapi akhirnya, Lyla memasukkannya juga ke dalam koper yang berbeda. Kemudian ia keluar dari kamar menuju ruang makan.

“Apa semua barang sudah kamu masukkin ke koper?” tanya Mamanya.

“Sudah, Ma” jawab Lyla singkat.

“Ma, besok Ririn mau jalan-jalan dulu dong sama Kakak. Boleh yaaa” bujuk Ririn, adiknya.

“Tanya Papa sana, Mama sih boleh-boleh aja” jawab Mama.

“Terserah kalian. Asalkan jangan pulang terlalu sore, kan kita sudah harus ada di bandara” jawab Papa menyetujui.

“Yes! Kak, besok antar aku yaaa” sekarang Ririn merajuk pada Lyla.

“Iyaa”

#Keesokan harinya

Matahari sudah menyinari sinarnya yang indah dan menyehatkan. Lyla bangun dari tidurnya yang sebenarnya tidak terlalu mengenakkan, karena ia bermimpi bertemu dengan Sehun.

Hatinya masih bergemuruh mengingat apa mimpinya tadi malam. Segitu rindunya kah ia sampai-sampai terbawa ke alam mimpi?

“Sehun-ah.. bogoshipeo~” ucapnya sambil memeluk bantalnya.

Lyla keluar menuju balkon nya. Matanya mengelilingi seluruh kota Seoul yang sudah melakukan aktifitas seperti biasa. Langit kota Seoul begitu cerah pagi ini, membuat semua orang tersenyum, tapi tidak untuk Lyla.

Pintu kamarnya di ketuk pelan, ia menengok ke arah pintu dari balkon. Muncullah kepala adik perempuannya, dengan wajah adiknya yang gembira, ia tidak enak memperlihatkan wajahnya yang muram.

“Kak, berangkat sekarang yuk!” ajak Ririn.

“Ya.. Kakak mandi dulu. Tunggu aja, sekalian buatin Kakak sarapan, dek” balasnya.

“Siip” adiknya pun keluar dari kamar Lyla. Segera Lyla bergegas untuk mandi dan bersiap-siap untuk mengelilingi kota Seoul untuk terakhir kalinya, mungkin nanti dia akan kembali lagi tapi entah kapan itu.

Setelah beres mandi dan berpakaian rapi, adiknya menyuguhkan nasi goreng beserta segelas teh manis. Ini sih sarapan khas orang Indonesia.

Dengan lahap ia memakan makanannya dengan penuh haru, karena sudah lama tidak memakan makanan yang seperti ini.

“Kak sudah ih, aku pengen cepet-cepet jalan” gerutu Ririn.

“Sabar bisa gak?! Aku juga masih makan nih”

“Iya deh”

“Mama sama Papa masih tidur, Rin?” tanya Lyla diikuti dengan kepalanya yang menengok ke arah pintu kamar yang di tempati orang tuanya.

“Masih kayaknya, Kak. Kecapekan kali abis ngerayaan anaknya wisuda” jawab Ririn cuek.

“Lah kan yang wisuda aku, harusnya yang capek itu aku dong. Hahaha”

“Mungkin saking gembiranya Kak, mereka excited ngeliat anaknya jadi sarjana kali. Hahaha” Ririn pun ikut tertawa bersama Lyla. Konyol memang.

“Hush! Kita malah ngeledek orang tuaa” sergah Lyla.

“Orang Kakak duluan sih..” balas Ririn tak mau kalah

“Yasudah kita berangkat yuk!”

Mereka berdua pun keluar dari apartemen. Wajah Ririn yang berseri-seri karena akan berkeliling kota Seoul bersama Kakaknya.

Ini pertama kalinya mereka berjalan-jalan berdua di Seoul. Kemarin saat Ririn berlibur, Lyla tak sempat mengajaknya jalan-jalan, dia di sibukkan dengan kerja sama antara Sehun dan Lyla.

“Eh Kak, gimana kabar Sehun Oppa?” ditanya seperti itu Lyla langsung mematung. Tak menjawab sampai beberapa menit.

“Kakak! Di tanya nya ya” ucap Ririn gereget.

“Eh kita mau kemana nih?” tanya Lyla mengacuhkan pertanyaan Ririn.

“Ohoh aku mau ke Namsan Tower, Kak. Kata temanku di sana asyik” Ririn langsung excited dengan spot wisata.

Lagi-lagi Lyla tak merespon. Semua pikirannya beralih ke suatu pusat, yaitu Oh Sehun. Lagi dan lagi ia di ingatkan oleh laki-laki yang mulai di bencinya perlahan.

“Kak ayoo~” mereka berdua langsung menaiki taxi yang di pesan kemarin oleh Lyla.

Sesampainya mereka di Namsan Tower, Ririn langsung mengabadikannya ke kamera yang di bawanya dari Indonesia. Tak ayal setiap tempat ia jepret. Lyla sendiri hanya memperhatikan sekitar sambil menerawang.

Tahun lalu Sehun mengajaknya kemari, mereka membahas tentang gembok cinta. Lyla pun ingat ia mengutarakan kepercayaannya tentang ritual seperti itu dan berdebat tentang kepercayaan tersebut. Tapi akhirnya ia dan Sehun membeli juga gemboknya.

Lyla pun masih ingat dia menulis di gemboknya, gadis itu hanya menuliskan nama laki-laki itu. Hanya nama Oh Sehun yang tertera di gemboknya dan di hatinya.

“Kak ayo kita beli gembok” ajak Ririn.

“Gak ah. Aku sudah pernah pasang gemboknya, kamu aja gih”

“Sama Sehun Oppa ya?”

“…” Lyla tak menjawab, hanya muka murung yang ada.

“Kakak sudah putus dengan Oppa itu?” tanya Ririn lagi dengan penasaran.

“Putus dari mana??! Pacaran aja kita enggak” ralat Lyla.

“Terus gimana kabar Sehun Oppa?”

“Kamu kepo ya. Cari tahu aja sendiri, aku tidak punya urusan lagi dengannya. Dan sekali lagi kamu ngungkit-ngungkit Sehun, Kakak tinggal kamu!” ucap Lyla sewot dan berjalan mendahului Ririn.

“Iyaaa Kakak, jangan marah oke?”

“Kita pulang, Rin. Sudah siang nih, kita kan harus istirahat juga” kata Lyla. Mereka pun meninggalkan Namsan Tower, tak lupa sebelum pergi mereka membeli buah tangan untuk teman-teman di Indonesia.

#Bandara

“Lian-ah.. jaga kesehatanmu ya, sering-seringlah main ke Seoul” ucap Minka dengan sendu.

“Iya.. aku pasti akan menjaga kesehatan. Long last sama Baekhyun, Minka-ya” balas Lyla menasehati. “Ya! Baeki. Awas kau ya menyakiti hati sahabatku, kalau ku tahu kau menyakitinya, aku langsung terbang kesini dan menghajarmu. Arraci?”

“Heh dasar! Aku lebih tua satu tahun darimu tahu!” Baekhyun jadi sewot.

“Hahahahaha” mereka tertawa bersama. Kemudian mereka bertiga terdiam, saling melempar senyum.

“Aku akan merindukan kalian” ucap Lyla.

“Kami juga akan merindukanmu” katan Minka dan Baekhyun kompak.

“Yasudah, kami pergi” kata Lyla di tambah tangannya yang melambai-lambai.

“Minka eonni, Baekhyun Oppa.. we’re gonna miss you. Goodbye~” ucap Ririn ikut-ikutan.

“Goodbye~”

Lyla berjalan dengan berat hati, hati nya terus bergejolak merasa berat meninggalkan kedua temannya. Ia juga berharap bahwa Sehun datang mengantar kepergiannya ini, namun nyatanya pria itu tidak datang. Pupus sudah harapannya itu, dan tak ada yang tahu bahwa air mata Lyla menetes dengan perlahan.

Mulai sekarang, Lyla bertekad akan meninggalkan semua perasaannya di sini. Ia tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan yang tak kunjung usai. Lyla berjanji ia akan menutup hatinya untuk semua pria.

            Sudah kedua kalinya ia di sakiti oleh kaum adam, dan ia sudah tidak percaya lagi oleh yang namanya cinta.

Waktu pun berlalu dengan cepatnya. Usaha Lyla di bidang fasion berkembang dengan baik berkat bantuan Minka yang mendatanginya seminggu setelah ia ulang ke Indonesia.

Karya-karyanya di terima dengan baik oleh masyarakat Indonesia, namanya pun melambung tinggi karena keunikan baju-bajunya. Dengan Minka, ia mengembangkan karirnya. Lyla pun memiliki brand fashion sendiri, dengan nama ‘Lian Kim’—namanya sendiri.
Tiada hari tanpa bekerja—itulah Lyla yang sekarang. Wanita itu juga membeli sebuah apartemen tidak jauh dengan butiknya, sebenarnya Minka dan Lyla yang membelinya. Mereka tinggal bersama lagi.

“Istirahatlah, kau jangan bekerja terlalu keras, Lian-ah” keluh Minka sambil menyerahkan sebuah mug yang berisi susu coklat. Lyla terus saja melipat-lipat kain menggunakan jarum pentul.

“Makasih” ucap Lyla berbahasa tanah air.

“Hey, ngomong-ngomong, aku belum lancar berbahasa Indonesia nih. Padahal aku sudah kursus satu bulan, lho. Apa jangan-jangan tempat kursusnya jelek ya?” ujar Minka menggunakan bahasa Indonesia yang berbelit-belit, kadang di tambah dengan bahasa Korea.

“Kau saja yang lemot” jawab Lyla acuh.

“Jahat sekali kau” Minka langsung cemberut karena ucapan temannya itu.

“Berlatihlah terus” kata Lyla menasehati tanpa mengalihkan pandangannya dari jarum-jarum pentul.

“Dasar!” Minka beranjak dari bangkunya dan menghampiri Lyla yang sedang berkutat dengan kain-kainnya.

“Sudahlah, biar aku yang mengerjakan” tawar Minka.

“Tidak bisa. Minggu depan kita akan menggelar fashion show nya kan?? Aku harus mengerjakannya sesegera mungkin” tolak Lyla.

“Kau ini! Malah nanti kau yang sakit tahu??! Sudah sana istirahat!” Minka menyambar kain-kain itu dan menyuruh Lyla menyingkir.

Ia sudah tidak bisa mengelaknya, lagi pula tubuhnya ini perlu istirahat karena siang malam ia terus mengerjakan baju-baju yang akan di pamerkannya nanti di fashion show perdananya.

“Minggu depan kita harus tunjukan yang terbaik” kata Lyla menyemangati Minka dan dirinya.

-oOo-

            Sedangkan di lain tempat—di ruangan yang besar, seseorang sedang berdiri menghadap ke sebuah kaca tembus pandang yang mengelilingi setengah ruangan tersebut. Seorang pria yang matanya menatap kosong ke arah pemandangan di luar jendela. Tangannya ia masukkan ke kantung celana yang ia pakai.

Tok~tok~tok! Suara pintu di ketuk.

“Masuk!” jawab Sehun.

Seorang wanita memasuki ruangan besar itu, wanita itu memberi hormat terlebih dahulu.

“Saya sudah menemukan alamatnya, Tuan” ucap wanita itu.

“Baiklah, terima kasih. Atur jadwalku, batalkan kunjunganku ke New Zeland dan siapkan tiket pesawatnya untuk nanti malam” perintah Sehun kepada wanita itu yang sebenarnya sekretarisnya.

“Baik, Tuan” kata Sekretaris itu kemudian ia keluar dari ruangan atasannya yaitu Sehun.

“Kau pasti terkejut melihatku” gumam Sehun dengan percaya diri.

-oOo-

            Sehun sudah menaiki pesawat penerbangan malam, menempati bangku VVIP yang merupakan kelas bisnis. Sudah delapan bulan ia mencari-cari alamat dan akhirnya menemukannya, ia langsung berangkat detik itu juga.

Sesampainya Sehun di bandara, tepatnya di Bandara Soekaro-Hatta—Indonesia, ia sampai pada pukul 4.00 dini hari. Tujuh jam perjalanan membuat sekujur tubuhnya pegal-pegal, supir suruhannya mengantarkan sampai ke salah satu hotel berbintang lima di Jakarta.

Kali ini Sehun bukan sedang dalam perjalanan bisnis, melainkan perjalanan mencari cintanya yang ia tinggalkan.

“Jeongmal!! Badanku pegaaaal” keluh Sehun saat memasuki kamar hotel.

Sehun sudah mendarat di kasur hotel yang kelewat empuk itu dengan posisi tengkurap, perlahan tapi pasti ia memejamkan matanya hingga terlelap kembali. Padahal selama perjalanan, Sehun tidur kurang lebih tiga jam lho.

Pukul sembilan, Sehun baru bangun dari tidurnya yang nyenyak. Matanya menelusuri kamar hotelnya dengan seksama, lalu matanya tertuju pada sebuah tirai berwarna krem yang menjuntai hingga ke lantai.

Sehun bagkit dan berjalan menuju tirai tersebut, ia membukanya dan sinar matahari langsung menyerebak masuk hingga menyinari seluruh ruangan. Sehun belum terbiasa dengan sinar matahari pagi ini, matanya menyipit karena terlalu silau.

“Cool” pujinya pada pemandangan yang ia lihat. “Jam berapa ini? Apa aku langsung saja ke tempatnya?” tanyanya pada diri sendiri.

“Hmm.. aku masih jet lag” Sehun merasakan pusing sekarang, karena efek saat turun dari pesawat. Biasanya ia bisa mengatasi jet lag setiap habis menaiki pesawat, tapi kali ini membuatnya pusing tujuh keliling.

Kruyuk~kruyuk

“Sepertinya perutku sudah meraung-raung minta di isi. Tapi aku makan di luar saja lah” Sehun langsung bersiap-siap dan tak lupa membersihkan diri terlebih dahulu.

Ia mengenakan kemeja biru dongker yang tidak di kancing tetapi di dalamnya mengenakan kaus berwarna putih dan di padu dengan celana jeans. Tas ransel dan tak lupa ia juga membawa kacamata hitam, ia takut akan ada yang mengenalinya secara ia mantan seorang aktor yang cukup terkenal.

Sesungguhnya ia ingin cepat-cepat menemui gadis itu, sudah setahun ia menyimpan rasa bersalahnya.

“Apa benar ini alamatnya?” tanya Sehun ragu pada dirinya sendiri. Kemudian Sehun menengadahkan kepalanya ke atas dan melihat papan nama butik tersebut. Sehun semakin yakin bahwa alamatnya benar.

Tanpa menunggu apa-apa lagi, Sehun langsung membuka pintu kaca butik tersebut. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri memperhatikan isi seluruh ruangan ini. Tak banyak orang yang ada di butik, Sehun tidak tahu mengapa butik ini sepi.

Ia menilai bangunan ini dengan seksama. Temboknya di cat dengan warna putih, lima pintu yang bercorak sama berada di sudut kanan ruangan itu, Sehun memperkirakan bahwa pintu itu adalah ruang pas untuk para pembeli. Kemudian Sehun melihat meja kasir di depannya yang terbuat dari batu marmer berwarna hitam.

Lantai pertama di hiasi dengan baju-baju yang modern dan staylish. Sehun mengakui karya-karya Lyla sangat elegan dan bernilai. Sehun merasa nyaman berada di butik ini, sungguh selera Lyla sangat tinggi untuk bagian interiornya. Saat sedang menikmati seisi ruangan ini, Sehun di hampiri oleh seorang gadis yang sepertinya pegawai di butik milik Lyla.

“Can I help you, Sir?” tanya si gadis itu.

“Oh sure, I just want to ask you. Apa pemilik butik ini ada disini?” Sehun langsung menyanyakan keberadaan Lyla.

“Ya, dia ada. Tapi maaf, anda siapa?”

“Saya temannya” jawab Sehun. Sempat ia merasakan sesak di hatinya saat menyadari ucapannya yang menyatakan bahwa ia hanya teman Lyla, tidak lebih. Kemudian si gadis itu berbicara lagi.

“Perlu saya panggilkan?” tawar si gadis.

“Ya. Saya akan menunggu di sana” ucap Sehun sambil mengarahkan telunjuknya menunjukkan sebuah sisi dari butik yang menghadap ke jendela besar.

“Tunggulah, Sir” kata si gadis sekali lagi. Kemudia ia menaiki tangga yang berada di balik tiang-tiang besi itu.

Sehun sudah menunggu sekitar lima menit, ia menyibukkan diri dengan iPhone nya. Terus saja ia mengotak-atikkan iPhone nya itu tanpa mengetahui seseorang sudah berdiri di belakangnya.

“Ada yang bisa saya bantu?” tanya seorang gadis dengan sangat lembut.

Sehun pun membalikkan tubuhnya ke arah suara tersebut dan mendapati seorang wanita muda yang mengenakan celana jeans dan blues tipis berwarna kream. Wanita itu tercengang melihat keberadaan Sehun, dengan wajah yang sangat terkejut. Sehun hanya menatapnya dengan datar, tetapi hatinya sangat gembira.

“Oraenmanieyo….” ucapannya sempat terputus. “Lyla” lanjut Sehun.

Tak ada respon yang di tunjukkan oleh wanita itu, ekspresi terkejutnya yang sempat ia tunjukkan sekarang entah kemana ekspresi tersebut berada. Sekarang Lyla menampakkan wajahnya yang super dingin dan judes kepada Sehun.

“Untuk apa kau kemari?” tanya Lyla dengan nada ketus.

“Untuk menemui mu” jawab Sehun dengan datar.

“Aku tidak ingin di temui oleh orang seperti dirimu. Pergilah” ucap Lyla diikuti dagunya yang mewakili tangannya menunjukkan pintu keluar.

“Tidak” jawab Sehun. Lyla sempat menghembuskan namas dengan berat.

“Wae?” tanya Lyla menantang, sekarang tangannya mulai di lipatkan di dadanya.

“Karena aku ingin bertemu denganmu”

“Tapi aku tidak mau” balas Lyla.

“Aku minta maaf” ucap Sehun dengan sungguh-sungguh.

“Untuk kesalahanmu yang mana?”

“Untuk semuanya. Di mulai saat aku membentakmu, saat aku meninggalkanmu, saat aku mencampakkanmu, saat aku tidak meminta maaf langsung padamu. Dan Lyla, maukah kau memaafkanku?” ucap Sehun dengan lirih.

“Aku sudah memaafkanmu kok, malahan aku juga sudah melupakanmu” jawab Lyla enteng tak memperdulikan perasaan Sehun yang seperti hatinya sedang di injek-injek.

“Benarkah? kau bahkan sudah melupakanku?” tanya Sehun dengan menantang.

“Tentu saja. Untuk apa aku mengingat-ingat seseorang yang telah menyakitiku”

“Padahal aku berharap kau tidak melupakan ku dan tidak melupakan ‘kita’” ada sedikit penekanan di akhir kata yang Sehun ucapkan.

“Maaf sekali, sayangnya aku telah melupakan ‘kita’ yang kau maksud itu. Aku sudah melupakan apa yang terjadi pada ku dan dirimu di masa lalu, jadi pulanglah. Pulang dan jangan menampakkan dirimu di hadapanku lagi” ujar Lyla pedas. Wnita itu berderap pergi meninggalkan Sehun yang sedang berdiri menatap kepergian Lyla dengan tenang.

“Aku tidak akan menyerah, Lyla!” semangatnya dalam hati. Kemudian Sehun pun meninggalkan butik tersebut dengan santai.

-oOo-

            “Bagaimana? Bagaimana bisa pria itu datang? Kenapa???” Lyla berteriak frustasi dan terisak dalam diam.

Lyla sungguh takut jikalau Sehun membuatnya jatuh cinta lagi, ia sudah berusaha mati-matian melupakan dan membenci pria itu. Tapi pria itu barusan menampakkan dirinya di hadapan Lyla, dan semua pertahanan Lyla seperti hancur begitu saja.

Bertemu dengan pria itu setelah satu tahun lebih lamanya membuatnya marah bercampur senang. Ia marah kepada pria itu dan ia juga senang karena ingin membalas dendam.

Lyla bertekad untuk membalas dendamnya. Walaupun ia tahu hal tersebut tidak sehat, tapi Lyla hanya ingin memberi pelajaran sedikit untuk Sehun yang telah mencampakkannya dan memberikan harapan-harapan yang hanya Lyla saja yang merasakannya.

“Lihatlah tuan Oh Sehun, aku akan membuatmu kacau” ucap Lyla dengan nada jahat.

To Be Continue

8 thoughts on “Perfect Idol [Part 8]

  1. huwaa, itu Lyla eonni mau balas dendam ke sehun kah? jgn oh lah, udah kalian mending bersatu lg kaya dulu xD.
    chap 9 aku tunggu chingu ^^

Leave a comment