Perfect Idol [Part 7]

Gambar

 

 

Author : CJN a.k.a cantikajulia

Twitter : @CantikaJN

Main Cast :

–          Oh Sehun

–          Lian Kim or Lyla [OC]

Support Cast :

–          Kim Jong In a.k.a KAI

–          Chae Jang Mi [OC]

–          Park Min Ka [OC]

–          Others

Genre : Romance

Lenght : Chaptered

Rate : Teenager or PG 15

Poster by : http://giriratnafanfic.wordpress.com/

Disclimer : FF ini terinspirasi dari novel Iliana Tan yang summer in seoul, dan yang lainnya hasil dari imajinasi author. Jadi terima kasih buat yang baca dan yang komen juga, dan buat admin yang post ff aku: Gamsahamnida ^-^

 

 

~PERFECT IDOL PART 7~

 

            Pagi hari yang cerah membuatku bersemangat untuk melakukan rutinitas sehari-hari, dengan cahaya pagi yang menyegarkan kulit dan ditambah dengan wajah semangat orang-orang yang berlalu lalang.

            Hari ini juga dosenku memintaku menyerahkan desain baju yang sudah kubuat, katanya ada yang melihat karyaku sebelumnya dan terpesona oleh hasilnya. Jadi, orang itu meminta dibuatkan lagi desain baju dariku, dan juga dia akan membayar dengan harga yang sangat tinggi. Sungguh menyenangkannya hari ini.

            Sekarang aku sudah ada di kampus menuju ruangan dosenku, berkasnya sudah kupegang dengan erat seakan takut ada yang mengambilnya. Didalamnya ada setidaknya lima desain baju yang belum lama aku gambar, semoga saja orang yang dosenku maksud itu menyukai hasilnya.

            “Masuklah” sahut dosenku dari dalam ruangannya saat aku mengetuk pintunya.

            “Annyeonghaseyo” aku menunduk memberi hormat.

            “Bagaimana? Sudah kau bawa?” tanya Mrs. Lee langsung.

            “Sudah. Silahkan dilihat dulu” aku menyerahkan sebuah amplop coklat berisikan karya-karyaku.

            Perlahan, Mrs. Lee membuka amplop itu dengan wajah penuh harap. Saat ia melihat isinya, matanya berbinar dengan rasa bangga.

            “Saya tidak pernah meragukan kemampuanmu, Lian-ssi. Kau memang berbakat, pantas saja orang itu tertarik dengan desainmu. Saya bangga sekali” ujar Mrs. Lee dengan kegembiraan.

            “Gamsahamnida, Mrs. Kalau begitu boleh saya tahu siapa orang yang menginginkan desain saya?”

            “Dia seorang wanita yang bekerja di bidang fashion juga, dia tertarik dengan desainmu saat saya membawa hasil karya semua mahasiswa. Dan dia juga ingin mengontrakmu menjadi desainer freelance. Bagaimana? Kau mau?”

            “Jinjjayo? Waah jeongmal gamsahamnida, saya mau sekali!” aku terharu sekali, ini pertama kalinya aku memperlihatkan hasil karyaku kepada orang lain selain dosen-dosenku tentunya.

            “Kalau begitu nanti saya hubungi lagi” ucap Mrs. Lee dengan senyum bangga.

            Setelah itu aku keluar dari ruangannya dengan wajah berseri-seri. Oh ya, aku baru ingat, hari ini pun Sehun sudah menjadi direktur di perusahaannya. Aku harus memberi selamat.

 

To : Oh Sehun

From : Lyla

Sehun, chukkhae atas direkrutnya kau menjadi Sajangnim. Hari ini semoga kau berhasil ^^

            SEND! Pesan pun terkirim. Sungguh bahagianya aku pagi ini. Tak lama Sehun membalas pesanku.

 

To : Lyla

From : Oh Sehun

Gomawo. Siang ini kita makan siang bersama, nanti kujemput.

 

            Waaah tambah bahagia aku di ajak makan siang sama Sehun, walaupun kami sering makan bersama tapi ini membuatku tambah gembira.

            Aku jadi tidak sabar menunggu siang hari datang semoga tidak ada kendala, walaupun mungkin buat Sehun ini sudah biasa tapi bagiku ini tidak biasa.

 

 

            Siang harinya, aku sudah tidak ada kelas untuk didatangi, so aku free untuk jam 1 sampai jam 3. Minka sudah kembali dari Busan pagi tadi saat aku dikampus, dia menghubungiku dan berkata membawa banyak oleh-oleh untuk dibagikan. Aku bersyukur Minka sudah pulan, jadi aku tidak sndirian lagi dirumah.

            Kring~Kring~Kring handphoneku berdering, tertera di layar handphonenya, Oh Sehun calling.

            “Yeoboseyo?” jawabku.

            “Aku sudah sampai di kampusmu. Cepat ke tempat parkir” kata Sehun dari seberang sana.

            “Ah ne” cepat-cepak aku memutuskan sambungn telepon dan bergegas menuju lapangan parkir.

            Kulihat mobil MINI Coopernya terpatri di tempat parkir di bawah pepohonan, segera saja aku menghampirinya. Ku ketuk kaca mobil di bagian pengebudi, Sehun menyadari kedatanganku ini dan dia membuka kaca mobilnya.

            “Cepat naik. Kita berangkat sekarang” ucapnya. Aku langsung mengangguk patuh dan berlari kecil ke bagian pintu depan.

            Saat masuk ke mobilnya, wangi papermint menyeruak di seluruh isi mobil. Wangi Sehun yang kusukai.

            “Mau kemana kita?” tanyaku antusias.

            “Kau bahagia sekali. Bahagia diajak seorang Direktur perusaah besar ya?” Sehun malah balik bertanya sambil diselipkan nada mengejek.

            “Apa sih??! Orang lagi seneng aja, PD banget deh” duh aku malah salah tingkah.

            “Hahahaha.. seneng kenapa?” tanya Sehun penasaran.

            “Jelas senang, desainku di beli oleh seorang desainer. Walaupun aku tidak tahu siapa orangnya, tapi aku senang sekali” jawabku dengan penuh kegembiraan.

            “Wah hebat. Selamat ya.. nanti kalau sudah dapat uangnya, jangan lupa traktir aku, oke?”

            “Eyyy~ kenapa aku yang harus mentraktir mu? Kau kan sudah jadi direktur, pasti banyak duit lah. Masa minta jajanin orang sepertiku sih?”

            “Hahaha bercanda. Ohya, kita makan siang dimana nih?” tanya Sehun.

            “Lho? Aku kira kau sudah tahu tujuannya, dasar. Yasudah kita makan disitu saja” kataku sambil menunjuk sebuah restoran di pinggir jalan.

            Sehun pun menuruti saja, dan membelokkan mobilnya ke restoran tersebut. Kami pun keluar dari mobil. Aku baru sadar sedari tadi Sehun mengenakan setelan formal berupa jas dan teman-temannya. Cocok sekali di tubuhnya yang tinggi, Sehun terlihat menawan.

            Kemeja putih dan dasi bercorak memang cocok sekali dengannya, membuatnya tambah mempesona dan berkarisma. Sehun sih di pakeiin apapun juga pasti kelihatan keren, kan dia ganteng *) isi hati author. Aku terus memperhatikannya dari atas sampai bawah dengan decak kagum.

            “Terpesona ya? Biasa aja kali ngeliatinnya, nanti jatuh cinta lho~” celetuk Sehun dengan jahil dan sukses membuatku sadar kalau aku sedang memperhatikannya.

            “Mwo?? biasa aja sih -___-“ cepat-cepat aku mengalihkan pandangan denagn wajah yang super malunya. Haaa tertangkap basah memalukan sekali.

            Pelayan restoran menghampiri meja kami den menyanyakan pesanan, pelayan wanita itu terkejut ketika melihat Sehun disini. Seketika restoran pun menjadi gaduh dan para gadis-gadis remaja yang sedang makan disini ikut berteriak histeris dan minta foto bareng dengan Sehun.

            Sehun dengan ramah menanggapi mereka yang berebutan minta foto bersama, dan aku, aku menjadi tukang fotonya -___- mereka memintaku membantunya mengambil foto bersama Sehun, menyebalkan sekali.

            Setelah Sehun mengatakan ingin makan siang dulu barulah kerumunan yang minta foto mulai memisahkan diri dan duduk di meja masing-masing. Akhirnya aku bisa tenang kembali, sempat tadi aku shock sekali, tapi sekarang sudah tidak. Agak sedikit kesal sih.

            “Maaf ya, kita jadi terganggu. Jangan cemberut gitu dong~ hahaha” Sehun malah tertawa, padahal tidak ada yang lucu apalagi melawak.

            “Siapa coba yang gak kesal hah? Gila aku shock sekali Sehun! dan mana aku jadi tukang foto mendadak segala lagi” kataku emosi.

            “Hahahaha, maaf, maaf. Mukamu lucu sekali saat jadi tukang foto hahaha, tampang shock tapi masih saja mengambil gambar hahaha” Sehun tertawa terbahak-bahak sampai memegangi perutnya.

            “Tertawalah sampai puas sampai seluruh sarapan pagi mu tadi keluar dari mulutmu itu! Tapi nanti lagi aku tidak akan makan siang bersamamu!” Sehun langsung berhenti tertawa ketika aku mengatakan itu.

            “Eih.. maaf-maaf, nih aku sudah berhenti tertawa. Tapi jangan marah yaaa, Lyla cantik *wink”

            “Dasar jelek!”

            “Aku tampan lho.. buktinya banyak yang nge fans tuh”

            “Bodoamat!”

            Tak lama makananpun datang, pelayan itu curi-curi pandang pada Sehun, tapi Sehunnya cuek saja sambil menyodorkan makanan padaku dan tak menghiraukan pelayan yang kuperkirakan umurnya masih 20 tahun keatas itu. Kami pun makan sampai menghabiskan makannan di meja.

            Sehabis menghabiskan makanan, ada dua orang gadis remaja—yang aku ingat tadi ikut meminta foto tapi sepertinya tidak kebagian, mereka menghampiri meja kami.

            “Sehun Oppa, boleh minta fotonya?” tanya salah satu dari mereka dengan nada sok imut, sampai mual aku mendengarnya.

            “Boleh” lalu mereka berfoto dan meminta jasaku lagi dengan angkuhnya! -_-. Setelah mereka puas berfoto, si cewek sok imut itu bertanya dengan nada sok imut juga.

            “Oppa.. wanita itu siapa?” matanya mengarah padaku dengan pandangan merendahkan.

            “Dia tunanganku, namanya Lian Kim” jawab Sehun enteng.

            “Mwo?? Oppa sudah punya tunangan?” mata gadis itu membelalak. Aku tersenyum anggun padanya, tak lupa aku menampakkan kecantikanku. Kedua gadis itu tampak kecewa sepertinya.

            “Sudah dulu ya adik-adik, kami harus pergi, sampai jumpa” Sehun pun menggiringku keluar dari restoran tersebut dan segera pergi.

            “Kau ini sembarangan kalau bicara, kalau ada berita yang tidak-tidak bagaimana? Aku tidak mau diseret-seret dengan urusanmu di dunia hiburan ya, kan sudah perjanjian”

            “Cerewet. Itu biar gadis-gadis yang tadi tidak ribet, dari pada nanti kau kenapa-napa bagaimana? Bisa gawat urusannya” Jawab Sehun sambil masih fokus menyetir mobil.

            “…” tak kujawab. “Cepatlah. Jam makan siang sudah lewat dari setengah jam yang lalu” ucapku.

            “Tenang saja. Aku ini kan direkturnya, jadi terserah padaku mau datang cepat kek, mau datang lambat kek—“

            “Kau ini! jadi pemimpin itu harus mencontohkan yang baik pada bawahannya. Aku baru tahu kalau seorang Oh Sehun itu adalah laki-laki yang tidak bertanggung jawab”

            “Apa?? tidak! aku ini orang yang tanggung jawab” Sehun beruaha menyangkal opiniku.

            “Ohhh..” responku singkat.

            “Kau mau kuantar pulang atau bagaimana?”

            “Pulang saja, ada Minka di rumah”

            Setelah itu tak ada yang bicara lagi diantara kami, Sehun fokus dengan menyetir, sedangkan aku? Aku hanya memandang keluar menembus kaca mobil saja. Terbesit khayalan-khayalan gila yang membuatku bingung kenapa aku memikirkan ini.

            Aku berkhayal bagaimana jadinya jika memang benar akulah tunangan Sehun sekarang, aku akan selalu ada di sampingnya, datang ke kantornya dan membawa kotak bekal yang kubuat sendiri, memanggilnya ‘chagi’, saling memberi ucapan selamat malam dan selamat pagi setiap harinya. STOP! Ini kelewatan.

            Khayalanku sering kali tidak bisa di kontrol, bagaimana bisa aku berkhayal seperti itu, jelas-jelas sudah ada di depan mata jawabannya yaitu Sehun hanya berpura-pura saja. Aku pun sama dengannya, hanya berpura-pura. Tidak baik kalau sampai aku terus berpikiran sepreti itu dan menyimpan perasaan yang janggal ini, bisa-bisa nanti aku sendiri yang akan merasa sakit hati.

            “Sudah sampai” ujar Sehun yang membuatku tersadar dari lamunan.

            “Ah sudah sampai ya? Cepat sekali” aku cepat-cepat melepaskan selfty beltnya dan memegang tas.

            “Engh.. Lyla, terima kasih ya sudah menemaniku makan siang. Kalau bisa sih tiap hari saja” ucap Sehun sebelum aku turun dari mobilnya. Aku hanya memberinya sebuah senyuman, itu juga sudah cukup untuk memberi jawaban. Lalu aku keluar dari mobilnya.

            Beberapa detik setelahnya, mobil MINI Cooper Sehun sudah berngkat meninggalkan halaman gedung apartemenku. Kaki ku memasuki gedung yang sudah lama aku tinggali ini dengan langkah gontai karena lelah.

            “Aku pulang~” ucapku saat memasuki rumah. Cepat-cepat ku rebahkan tubuhku di sofa, kedua kaki ku kuangkat lebih tinggi dari  perut.

            “Kau sudah pulang?” tanya Minka yang baru keluar dari kamarnya. “Hey, sepertinya kau lelah sekali, kenapa?”

            “Aku hanya lelah saja, tolong ambilkan aku air dingin ya?” kataku dengan suara lemah. Tidak tahu kenapa sesampainya di rumah, badanku pegal-pegal semua. Aku butuh istirahat.

 

 

            Keesokannya, benar saja tubuhku drop saat bangun tidur. Bagian atas kepalaku panas, tetapi di bagian kaki dingin. Badanku lemas tidak berdaya, Minka sepertinya sudah berangkat ke kampus kalau jam 9 seperti ini. Hari ini pun aku tidak bisa kuliah karena telat sekaligus badanku kurang fit.

            Kupaksakan diriku untuk bangun, tapi rasanya semua barang dan dinding di kamarku seolah berputar mengelilingiku. Aku jadi pusing, kaki ku terus saja menyeretku keluar dari kamar dan menuju dapur.

            Segelas air putih mungkin cukup untuk menghilangkan pusingnya, tapi tetap saja saat aku meminumnya tak lupa aku juga meminum obat yang ada di kotak P3K. Setelah itu aku berjalan memasuki kamar kembali.

            Tak lupa aku menghubungi Jo Sajangnim untuk menijinkanku tidak masuk kerja karena aku sedang sakit, dan untungnya saja beliau mengijinkanku. Tak lama aku kembali tertidur karena pengaruh obatnya sudah berjalan, mungkin.

 

            Tiga jam kemudian aku terbangun dari tidur di karenakan handphone ku terus saja berdering. Dengan sisa tenaga aku mengambil iPhone ku dan menjawab telepon dengan suara parau.

            “Kau kenapa? Sakit? Suara mu parau sekali” kata orang dari telepon, yang ternyata itu adalah Sehun.

            “Aku tidak apa-apa” balasku dengan suara lemah.

            “Tunggu lima belas menit lagi” Ucapnya sebelum memutuskan sambungan telepon. Aku mengernyit heran, merasa sudah tidak ada apa-apa lagi, mataku kembali terpejam dan tertidur kembali.

            Tak terasa lima belas menit pun berlalu, tubuhku masih terbaring di tempat tidur dengan mata yang terpejam. Bahkan menggerakkan tubuh pun rasanya tak berdaya karena terlalu lemas. Entah karena apa aku sakit, mungkin kecapekan.

            Ting Nong Ting Nong

            Ku dengar bel rumah yang terus berbunyi, siapa sih yang bertamu? Tidak tahu apa kalau penghuninya sedang tidak enak badan?? Batinku.

            Dengan paksa aku menggerakkan tubuhku untuk bangun dan bergegas membukakan pintu rumah. Jalan pun aku harus pelan-pelan karena terlalu pusing, hampir saja aku terjatu tadi kalau saja tidak ada meja.

            Saat ku buka pintu rumah, mataku sudah tidak melihat dengan jelas siapa tamu itu, yang ku rasakan sekarang tubuhku seperti melayang.

 

            Aku tahu aku pingsan barusan, tapi yang membuatku heran kenapa aku sudah ada di kasur kamarku? Siapa yang telah menggotong tubuhku? Apa tamu yang tadi?

            Seseorang memasuki kamarku, aku terlonjak kaget saat melihat Sehun ada di dalam kamarku sambil membawa bejana. Dia mendekat ke arah tempat tidur dan meletakkan bejana yang berisi air putih itu di meja sebelah tempat tidur. Menyodorkan sebuah obat dan segelas air tanpa sepatah katapun.

            “Apa masih pusing?” tanyanya dengan cemas sambil memeras kain yang sudah di basahi lalu di tempelkannya di dahiku.

            “Masih pusing” jawabku lirih. Aku belum sepenuhnya sadar dan terus mempertanyakan pada diriku sendiri kenapa Sehun ada di rumahku.

            “Apa mau ke dokter saja? Padahal kemarin kau baik-baik saja” Sehun terus menatapku khawatir dan tangannya terus saja menggenggam tanganku.

            “Jangan khawatir, aku baik-baik saja, mungkin hanya kelelahan. Jadi kau tidak usah repot-repot merawatku”

            “Kau tidak senang aku disini?” tanya Sehun, ada sedikit nada kekecewaan dalam kata-katanya barusan. Aku jadi kelabakan takut membuatnya tersinggung.

            “Bukan itu maksudku, aku tidak mau membuatmu repot, dan juga bukannya ini jam kerja ya?”

            “Aku seorang direktur, tidak usah mengkhawatirkan pekerjaanku” jawabnya.

            “Tidak, kau tidak boleh seperti itu. Pekerjaanmu itu penting, Sehun, jangan kau tinggalkan dan terbengkalai begitu saja” kataku bijak.

            “Tapi kau yang lebih penting bagiku!! Dan aku tidak mungkin meninggalkan seseorang yang sedang sakit sendirian” balasnya dengan keras kepala.

            “Aku bisa menghubungi Minka, nanti”

            “Jangan cerewet! Minka sedang kuliah sekarang” kata Sehun dengan tegas.

            “Baiklah, terserah padamu saja tuan Oh Sehun” tak lama aku terlelap kembali karena pusing.

            Aku tahu Sehun masih duduk di tepian tempat tidurku, tangannya pun masih menggenggam tanganku. Aku terharu akibat perhatian yang dia berikan, bahkan sekarang aku senang sekali mengetahui Sehun mendampingiku saat aku sedang sakit.

            Tangan Sehun mengelus puncak kepalaku dengan pelan seperti takut membangunkanku dari tidur, padahal aku tidak tidur, aku hanya menutup mataku saja. Sekarang ku rasakan pipiku lembab seperti sebuah kecupan, aku berasumsi bahwa baru saja Sehun mengecupku, kalau bukan Sehun siapa lagi? Hanya dia yang ada di kamar ini bersamaku.

            “Cepat sembuh, Lyla” ucap Sehun setengah berbisik di sekat telingaku. Lalu kurasahan tubuhnya menjauh dan aku mendengar suara pintu di tutup.

            Sepertinya Sehun keluar dari kamarku, entah apa yang dia lakukan diluar kamarku. Kepalaku pening, jadi aku tidak bisa membangkitkan tubuhku, saat melek pun aku merasa barang-barang di kamar seperti mengelilingiku. Aku tambah pusing.

           

            Aku terbangun di jam 5 sore, sekarang kepalaku agak lumayan membaik di bandingkan tadi pagi. Mataku mengitari seluruh isi ruang kamarku dan tak menemukan seorangpun disana. Apa tadi itu hanya mimpi belaka? Seseorang membuka pintu kamarku.

            “Kau sudah bagun? Lama sekali kau tertidur” ujar Minka.

            “Berapa lama aku teridur?”

            “Delapan jam mungkin, aku tidak tahu pasti sih. Tadi saat baru sampai rumah aku bertemu Sehun yang sedang nonton TV di sini, dia bilang kalau dia sedang menjaga mu. Beruntung sekali kau, Lyla” jelas Minka.

            “Beruntung kenapa?” tanyaku heran karena tidak mengerti ucapan Minka.

            “Padahal kalian hanya pacaran bohongan kan? Tapi sepertinya Sehun memiliki perasaan lain terhadapmu, dia begitu perhatian. Ehmm.. apa kau tidak merasakan itu?”

            “Hah? Oh aku tidak tahu”

            “Kau juga kan? Walau pun kau tidak menceritakannya padaku tapi aku bisa tahu bagaimana perasaanmu padanya. Kau mencintainya, Lian-ah” ucapan Minka membuatku terpaku, aku mencintai Sehun?

            “…”

            “Jujurlah padanya, kalian itu hanya saling menyembunyikan perasaan masing-masing saja. Kalau Sehun mengajakmu pacaran sungguhan bagaimana?” tanya Minka serius.

            “Aku… Oh sebenarnya Sehun pernah berkata seperti itu. Dia memintaku untuk berpacaran dengan serius, tapi aku takut itu hanya bercanda saja…”

            “Tapi sebenarnya kau mau kan? Kau mau hanya saja kau takut nanti akan kecewa? Benarkan?” ucap Minka. “Lian, Sehun berbeda dengan Kai. Jangan takut untuk membuat suatu komitmen dengan seorang pria, aku tahu kau trauma tapi lihatlah ketulusan Sehun. Tidakkah kau merasa dia juga mencintaimu?” lanjutnya.

            “Aku tidak tahu—“

            “Sudahlah, yang penting sekarang kau cepatlah sembuh. Ku dengar desainmu di beli kan?”

            Kami pun larut dalam percakapan tentang seputar perkuliahan dan juga kisah-kisah cinta dari seorang Park Minka.

 

 

            Keesokan harinya di hari minggu, tubuhku sudah membaik dan bugar kembali. Aku sudah beraktifitas seperti sedia kala dengan wajah yang segar.

            Hari ini aku sedang membersihkan rumah, dipikir-pikir sudah lama sekali aku tidak beres-beres. Walaupun setiap hari apartemen selalu rapi tapi jarang sekali aku membersihkannya dengan benar seperti ini. di mulai dari menyapu, mengepel, mencuci pakaian, dan menyiram tanaman yang dulu ku tanam di balkon.

            Saat sedang menyiram tanaman, tiba-tiba ada seseorang yang menekan bel rumahku. Dengan sigap aku langsung membukakan pintu untuk sang tamu, yang ternyata adalah Oh Sehun.

            “Sudah sehat?” tanya Sehun pertama kali saat memasuki rumahku.

            “Ya begitulah. Oh iya aku belum sempat mengucapkan terima kasih padamu, harus ku balas dengan apa?”

            “Hmmm…” gumamnya dengan jari yang mengetuk-ketukkan ke dagunya, tampak seperti orang yang sedang berpikir keras. “Nah, kau kan sudah sehat, aku punya satu permintaan untukmumu” ucap Sehun.

            “Apa?” tanyaku karena di buat bingung olehnya.

            “Rahasia, tapi kau harus mengikutiku kemanapun sebelum mengetahu permintaanku itu. Sekarang kita berangkat!”

            “Sekarang? Tapi aku belum mandi” tanyaku memastikan.

            “Ya ampun belum mandi? Yasudah sana cepat mandi” titah Sehun. Aku langsung berlari kecil ke arah kamar mengambil handuk lalu keluar lagi dan masuk ke kamar mandi.

            Sepuluh menit kemudian, aku sudah mandi dan berpakaian mengguankan jeans di tambah sebuah kemeja kotak-kotak berlengan panjang. Keluarlah aku dari kamar, Sehun sedang mengotak-atik iPhone nya.

            “Sudah siap?” tanya Sehun saat menyadari aku sudah rapi, aku menjawabnya dengan anggukkan. “Baiklah, ayo kita berangkat”

            Sesampainya kami ke tempat tujuan—sebenarnya tempat tujuan Sehun, sih— yaitu Namsan Tower, beruntung sekali Sehun membawaku ke sini, jujur selama tinggal di Korea aku belum sekali pun datang kemari. Kata orang-orang dan dari artikel di internet juga, Namsan Tower adalah tempat yang romantis untuk sepasang kekasih.

            “Kau mengajakku ke sini?” tanyaku pada Sehun. Dia hanya menjawab dengan cengiran khasnya.

            Kemudian kami menuju balkon observatorium yang berada di sebelah towernya, yang juga di padati pengunjung karena di atas balkon ini  bisa menikmati pemandangan cantik kota Soul, sungguh pemandangan yang mencuci mata.

            Seperti yang semua orang ketahui, Namsan Tower identik dengan pagar yang di penuhi oleh gembok cinta, katanya sih lambang cinta.

            “Banyak sekali gemboknya” ujarku.

            “Mau pasang juga?” tanya Sehun menanggapi ucapanku barusan.

            “Hah? Untuk apa?”

            “Katanya, kalau sepasang kekasih yang ingin hubungannya ingin langgeng, mereka harus menuliskan nama mereka di sebuah gembok lalu mengaitkannya di pagar itu dan kuncinya di buang terserah kemana agar tidak bisa di buka oleh orang lain” jelas Sehun panjang lebar.

            “Itu baru katanya. Aku sih tidak mau, menurutku kalau ingin suatu hubungan langgeng, itu tergantung dari si orang yang menjalani hubungan itu, baik dan buruk suatu hubungan ada di tangan yang menjalaninya. So.. aku tidak percaya yang seperti itu, tapi kalau kau mau memasangnya, pasang saja. Aku mau lihat” ucapku mengeluarkan opini *) Opini author juga.

            “Terus? Aku harus menuliskan namaku dengan siapa kalau kau tidak mau hah?” sergah Sehun dengan agak ketus.

            “Yasudah, tulis saja nama Chae Jang Mi. Hahaha”

            “Tidak usah tertawa”

            “Yuk! Kita beli gemboknya!” ucapku antusias.

            “Tadi katanya tidak percaya~” goda Sehun. Aku hanya menyengir saja.

            Tanpa sepengetahuanku, ternyata Sehun membawa sebauah kamera yang digunakannya untuk berfoto dari tadi. Entah apa yang di fotonya, aku tidak menyadarinya karena sibuk memandangi pemandangan yang di suguhkan oleh tempat ini.

            “Makan yuk!” seru Sehun.

            “Yuk! Kebetulan aku lagi lapar, nih. Enaknya makan apa ya?” aku berpikir sambil mengetuk-ketukkan jari telunjuk ke arah dagu. “Makan soup udon bagaimana?”

            “Tidak, kita harus ke suatu tempat”

            “Yasudah, kita let’s go!” seru ku dengan ceria tanpa merasa penasaran dengan tempat itu.

            Dengan berat hati, kami meninggalkan Namsan Tower. Aku tidak tahu tempat mana lagi yang ingin Sehun kunjungi sekarang, kata Sehun untuk mengetahui permintaanya aku harus mengikutinya kemanapun dia pergi. Sampailah kami di rumah keluarga Sehun.

            “Ibuku memasak banyak sekali, dia juga memintaku membawamu untuk makan bersama” ucap Sehun.

            “Oh” ternyata Sehun hanya mengajakku ke rumahnya, kukira kemana.

            Ibu Sehun menyambutku dengan hangat dan seperti biasa, ayah Sehun bersikap acuh terhadapku. Tidak tahu bagaimana, Chae Jang Mi juga ada di sini, ya mungkin Ayah Sehun yang mengundangnya.

            “Hai Lian” sapa Chae Jang Mi dengan sinis. Aku membalasnya dengan tersenyum ramah dan balas menyapanya.

            “Yuk dimakan makanannya, aku sudah memasak terlalu banya jadi aku mengundangmu juga, Lyla” kata Ibu Sehun.

            “Terima kasih” ucapku.

            Selesai makan, semua orang berkumpul di ruang keluarga. Aku masih di ruang makan membantu bibi Shin membereskan meja makan, ini kemauan dari diriku sendiri. Sehun menghampiriku dan membantuku juga.

            “Aku tidak tahu kalau Chae Jang Mi juga datang ke sini, kenapa setiap kita kesini selalu saja ada wanita itu. Menggangu saja” ucap Sehun jengkel.

            “Kau tidak boleh seperti itu, dulu dia juga temanku”

            “Sepertinya hanya kau yang menganggapnya seorang teman. Cepatlah, kita sudah di tunggu”

            Sehun dan aku bergabung bersama tuan dan nyonya Oh di tambah Chae Jang Mi di ruang keluarga. Awalnya kami bercakap-cakap biasa seperti menanyakan ke seharian ku dan Chae Jang Mi,  aku menjawab dengan seadanya tetapi Chae Jang Mi sampai bersemangat menceritakan kehidupan modeling nya. Tuan Oh menyela dan semua menjadi serius, searang beliau menanyakan keseharian anaknya.

            “Sudah dua minggu kau mengurus perusahaan, bagaimana? Susahkan?” tanya tuan Oh pada Sehun.

            “Lumayan” Sehun hanya menjaab dengan singkat.

            “Sehun-ah.. cepatlah menikah, umurmu juga sudah matang, benarkan yeobo?” Ibu Sehun meminta kesetujuan pada suami nya. Tuan Oh berdeham.

            “Benar. Harus berapa kali Abeoji bilang, cepatlah menikah, kalau tidak Abeoji akan menjodohkan mu”

            “Aku sudah pasti akan menikah, tapi belum tentu besok juga aku menikah. Masih banyak yang harus aku urusi” jawab Sehun. Tiba-tiba saja Chae Jang Mi menyela pembicaraan.

            “Ajussi, Ajumma, maaf aku harus pergi karena ada pekerjaan. Aku pamit pulang” ucap Chae Jang Mi. Dengan persetujuan semua orang, ia keluar dari rumah dengan wajah penuh penyesalan. Tersisa aku, Sehun, nyonya dan tuan Oh.

            “Lian-ssi, apa pekerjaanmu?” tanya Tuan Oh.

            “Aku masih kuliah, tapi sudah bekerja di butik Danny Jo” jawabku.

            “Ohh..”

            Hening tak ada yang berbicara, sejak dulu aku tidak terlalu menyukai pertemyan keluarga seperti ini. Ini membuatku canggung, aku tidak bisa bergerak bebas.

            “Apa kau serius dengan anakku?” tanya Tuan Oh tiba-tiba, kali ini aku gugup.

            Aku menoleh ke arah Sehun yang juga sedang menatapku dengan pandangan serius. Matanya mengharapkan aku menjawab dengan jujur, aku pun ingin jujur. Sekarang kutatap Tuan Oh yang sedang menunggu jawabanku, dengan yakin aku menjawab.

            “Aku serius” jawabku pasti. Kurasakan Sehun terkejut, kali ini aku benar-benar ingin menunjukkan keseriusanku padanya. Sehun berdiri dari duduknya, aku menatapnya dengan heran. Tangannya terulur ke arahku yang sedang duduk di sofa dan dengan tatapan yang memintaku menurutinya.

            “Ikut aku sebentar” ucapnya beriringan dengan tanganku yang di tarik olehnya. Menurutku tindakkannya ini tidak sopan. Sehun membawaku ke luar rumahnya agar tidak dapat di ketahu oleh orang tuanya. Kami sampai di suatu taman.

            Barulah dia melepaskan genggamannya agak kasar dari tanganku saat kami sudah kelaur dari rumah, Sehun menatapku cukup lama entah apa yang sedang ada di otaknya sekarang, aku tidak mengerti.

            “Apa yang kau lakukan hah??!” tiba-tiba saja di marah padaku, aku yang tidak tahu apa-apa malah semakin bingung karena ini.

            “Mwo?”

            “Kau bodoh. Kau tahu kalau kita hanya bersandiwara kan?”

            “Lalu?”

            “Bagaimana kalau orang tuaku merencanakan pernikahan kita karena tahu hubungan kita ini sudah serius??! Kita pasti akan dinikahkan!”

            “Maksudmu apa sih?”

            “Dengar ya, jangan kau pikir dengan aku memintamu menjadi pacarku bukan berarti kau harus jatuh cinta juga kepadaku” kata Sehun dengan ketus.

            Hatiku sakit mendengarnya mengatakan itu, aku tidak mengerti apa yang terjadi padanya. Kata-katanya cukup pedas dan membuatku sakit hati, aku mencoba bersabar.

            “Kau kenapa, Sehun?” tanyaku pelan.

            “Jangan bodoh. Aku hanya menyuruhmu menggagalkan perjodohanku dengan Chae Jang Mi, dan aku tidak menyuruhmu jatuh cinta padaku. Kalau sudah begini aku tidak bertanggung jawab atas perasaanmu itu” setelah mengatakan itu Sehun pergi meninggalkanku.

            Aku tercengang, tak terasa air mata mengalir dari kedua mataku. Rasanya dadaku sesak, air mataku terus mengalir. Dengan mata yang berlinang air mata, aku mencari bangku kosong di taman ini. lututku sudah tidak kuat lagi, aku terjatuh dengan posisi duduk di bangku. Masih belum sepenuhnya sadar dengan kejadian barusan, aku mulai terisak.

            Tak menyangka Sehun akan berkata seperti itu padaku, semua di luar kendali ku. Apa yang salah dengan semua ini?

            Kurasakan sebuah tangan menepuk pundakku. “Lian-ah” ucap seseorang memanggil namaku.

 

 

To Be Continue

2 thoughts on “Perfect Idol [Part 7]

Leave a comment