Perfect Idol [Part 6]

perfect-idol

Perfect Idol [Part 6]

Author : CJN a.k.a cantikajulia

Twitter : @CantikaJN

Main Cast :

–          Oh Sehun

–          Lian Kim or Lyla [OC]

Support Cast :

–          Kim Jong In a.k.a KAI

–          Chae Jang Mi [OC]

–          Park Min Ka [OC]

–          Others

Genre : Romance

Lenght : Chaptered

Rate : Teenager or PG 15

Poster by : http://giriratnafanfic.wordpress.com/

Disclimer : FF ini terinspirasi dari novel Iliana Tan yang summer in seoul, dan yang lainnya hasil dari imajinasi author. Jadi terima kasih buat yang baca dan yang komen juga, dan buat admin yang post ff aku: Gamsahamnida ^-^

~PERFECT IDOL PART 6~

Pagi hari telah tiba, burung-burungpun sedang bernyanyi dengan gembira menyambut pagi yang cerah ini. Ku buka mataku yang masih terpejam dengan perlahan, membiasakan diri dengan cahaya pagi.

Kaki ku bergerak membawaku menuju pintu kamar. Masih dengan setengah sadar, aku keluar kamar dan terus berjalan sampai ke ruang tengah.

Mataku terbelalak kaget. Seseorang sedang berbaring di sofa rumahku. Ah, aku baru ingat. Semalam Sehun menginap di rumahku, dia belum bangun dari tidurnya. Mungkin karena rasa lelah yang menghampirinya.

“Sehun-ah~ ireona!” aku mengguncang tubuhnya pelan.

Sehun mengerang sedikit. Tak lama matanya membuka dengan perlahan, wajahnya yang baru bangun tidur lucu sekali.

“Ah maaf aku ketiduran” katanya, dengan sigap dia langsung duduk. “Mwo? Sudah pagi?” dia terkejut sekali. Memangnya  dia tidak ingat kalau semalam itu dia tertidur di sofa ku?

“Mau ku buatkan sarapan?” tanyaku.

“Bolehlah. Apa kau punya kopi? Kalau ada buatkan juga”

Setelah itu aku berjalan menuju dapur. Sedangkan Sehun, dia langsung menyalakan Televisi dan menonton kartun -_-

Tak lama, omelet yang ku buat sudah matang. Sarapan pun sudah siap. Aku menyimpan semua makanan di meja makan.

“Sehun, sarapanmu! Ppali nanti keburu dingin” ucapku lantang dari arah dapur. Kulihat Sehun bangkit dari sofa dan menuju meja makan. Dia langsung duduk di kursi tepat di hadapanku.

“Apa temanmu sedang tidak ada di rumah?” tanya Sehun.

“Dia sedang berlibur”

“Jadi kau sendirian?”

“Ya begitulah. Oh ya, bukannya hari ini kau mengadakan jumpa Pers?”

“Nanti siang. Omelet mu enak”

“Gomawo”

Setelah itu tak ada yang berbicara lagi diantara kami. Yang ada hanya suara piring yang bersentuhan dengan garpu.

Baru kali ini aku sarapan dengan seorang laki-laki selain Ayahku dan Baekhyun. Rasanya senang sekali, apalagi laki-laki itu adalah Oh Sehun, namja yang aku—ah sudahlah.

Selesai makan kami duduk berdua di sofa, jangan berpikir yang macam-macam, kami duduk berjauhan! Menonton TV bersama. Aku nyaman dengan suasana seperti ini. tiba-tiba aku teringat dengan ucapan Sehun ketika di rumah orang tuanya. Dengan gerakan cepat aku menoleh kepadanya.

Tak kuduga Sehun juga ikut menoleh ke arahku. “Wae? Mau bertanya soal ucapanku tadi malam?”

Wow. Hebat sekali dia, apa dia bisa membaca pikiran orang?

“B-b-bagaimana kau tahu?” tanyaku dengan tergagap-gagap. “Apa itu juga termasuk kedalam sandiwara mu?”

“Kalau kubilang itu serius, bagaimana?” tanya nya balik. Sekarang Sehun menatapku dengan serius.

“Jangan bercanda!”

“Aku sedang tidak bercanda. Ini serius, Lyla”

“Hohoho aku baru ingat, kau ini kan seorang aktor. Seorang aktor pasti jago bersandiwara. Benarkan? Sudahlah jangan mempermainkan seorang gadis sepertiku. Aku sudah baik-baik membantumu”

“Bodoh” ucapnya. Dia langsung terlihat muram dan mengalihkan pandangannya dariku. Matanya menatap ke meja yang ada di depan kami.

“Kenapa kau mengataiku bodoh? Dasar!” aku mendadak jadi kesal.

“Kau bodoh. Buktinya kau tidak mengerti”

“Mengerti apa? apa sih yang kau maksud? Katakan saja apa yang kau maksud itu, apa susahnya sih!”

“Sudahlah lupakan saja. Aku mau pulang, gomawo atas sarapannya dan tumpangan untuk tidur semalam” Sehun langsung mengambil jaketnya dan lekas keluar dari rumahku dengan air muka yang tidak bisa di baca.

“Ada apa sih dengannya? Sakit kah?” tanyaku pada diri sendiri.

Siang harinya, aku melakukan aktifias seperti biasa. Kuliah, mengejar pelajaran yang tertinggal. Makan siang aku sendirian, biasanya aku makan bersama Minka. Karena dia sedang berlibur di rumah saudara nya, jadi tak ada yang menemaniku makan.

Seperginya Sehun dari rumahku tadi pagi, aku terus terpikiran. Apa sebenarnya salahku sampai-sampai dia terlihat kesal saat meninggalkan rumahku.

Kring~kring~kring

Nada dering handphone ku berbunyi.

“Yeobeoseyo?” sahutku.

Lian-ah

“Oh Kai-ssi, ada apa?”

Tidak apa-apa—apa kau sedang sibuk?

“Ehm… tidak juga” jawabku.

Bagaimana kalau kita keluar sebentar. Kau sedang ada di rumah kan? Kalau begitu aku ke sana ya!

Tut. Telepon di putus.

Belum saja aku jawab, sudah di putus teleponnya. Belum tentu aku mau pergi dengannya kan? Dasar Jongin!

Tak berapa lama kemudian, Kai sudah datang. Dia benar-benar mengajakku pergi, kukira hanya bohongan tadi. Ya mau bagaimana lagi, dia sudah datang, aku tidak enak untuk menolaknya. Ku terima saja ajakannya itu.

Kami mengunjugi sebuah restoran sushi, Kai mengatakan padaku kalau dia ingin sekali makan sushi. Jadi lah dia mengajakku makan sushi.

“Kai-ssi, apa kau tahu Chae Jang Mi akan menikah?” tanyaku.

“Oh itu, aku sudah mengetahuinya. Dengan aktor kan? Eh siapa nama nya? aku lupa”

“Oh Sehun”

“Ah iya itu. Rumornya aktor itu mau mengundurkan diri dari dunia entertainer, dia sudah memegang sebuah perusahaan. Hebat sekali bukan? Padahal umurnya sama denganku”

“Begitu ya. Sebelumnya aku pernah bertemu lagi dengan Jang Mi. Dia menceritakan tentang hubungannya denganmu dulu” ucapku sambil makan.

Kai menghentikan makannya saat mendengar aku berkata seperti itu.

“Apa yang dia ceritakan?” tanya Kai waswas.

“Yaaa.. tentang hubungan kalian yang ternyata sudah terjalin sebelum aku mengenalmu. Benarkan?”

“Anu.. itu.. itu benar. Aku memang sedang pacaran saat kau dan aku menjalin hubungan. Kami sedang ada masalah waktu itu, jadi aku mencari hiburan” jawab Kai dengan santainya.

“Jadi aku hiburan ya?” tiba-tiba saja aku tergoda untuk  membuatnya mengatakan semua kebulusan nya.

“Bukan begitu, Lian-ah, aku hanya sedang bertengkar dengan Jangmi. Dia menduakanku saat itu, jadi aku membalasnya dengan menduakannya juga—“ kata Kai mencoba menjelaskan agar aku tidak salah paham.

“Ah aku mengerti, jadi aku telah merebut pacar orang, begitu?”

“Aish! Sudahlah tidak usah membahas masa lalu lagi. Sekarang aku sudah berubah, demi seseorang” kelihatannya Kai sudah kesal. Tapi apa katanya tadi? Dia berubah karena seseorang? Aku jadi penasaran.

“Waah siapa yang membautmu berubah? Hebat sekali gadis itu ya” aku jadi terbawa suasana.

“Kau” ucap Kai.

“Ye?”

“Kau yang membuatku berubah,” lanjut Kai. Sungguh aku terkejut, mungkin sekarang aku terlihat seperti orang bego saking terkejutnya.

“Kenapa aku? Kita kan sudah tidak ada hubungan lagi. Bercandamu sungguh tidak lucu Kai-ssi”

“Aku sedang tidak bercanda. Aku berubah demi kau, Lian. Aku baru menyadari kalau aku sudah mencintaimu”

“Tidak, Kai. Kau tidak boleh mencintaiku, aku sudah milik orang lain” aku berusaha menyangkal nya.

“Oh Sehun kan? Aku tahu. Kau berpacaran dengan aktor itu kan?” kata Kai. “Itu juga hanya sebatas pacar bohongan. Jadi kau tidak usah berbohong juga padaku, kau tidak punya kekasih. Jadi sah-sah saja kalau aku berusaha mendapatkan hatimu lagi”

Perkataan Kai membuatku diam seribu bahasa. Aku bingung harus membalasnya dengan kata-kata apa lagi. Sekarang Kai sudah mengetahuinya, aku sudah tidak bisa mengaku-ngaku sebagai pacar Sehun lagi untuk menjauhi nya.

“Jadi kumohon, Lian, kembalilah padaku… lebih baik kau menyudahi urusanmu dengan aktor itu. Aku takut kau akan sakit hati nantinya”

“A..aku harus pergi. Sampai jumpa, Kai” aku segera bangkit dari kursi dan meninggalkan restoran juga Kai disana.

Aku jadi linglung. Kai adalah cinta pertamaku, jadi aku tidak dengan mudah melupakan cinta pertama itu.

Kai lah yang membuatku tahu apa rasanya cinta, rasanya mencintai seseorang. Tapi aku tidak bisa kembali padanya, dia sudah menyakitiku. Dan di hatiku sudah ada seseorang, walaupun seseorang itu tidak tahu kalau dialah yang mengisi relung hatiku yang kosong.

Sehun. Aku sudah jatuh cinta padanya, akibat permainannya. Tapi entah apa yang Sehun rasakan padaku, mungkin dia berpikir aku ini gadis biasa saja. Haaah sudahlah lupakan semuanya.

Baru sampai di rumah, aku mendapat telepon dari Sehun. ibunya memintaku unutk mengunjunginya di rumah keluarga Oh itu. Ya aku segera berangkatke rumahnya. Aku tidak tahu ada urusan apa lagi ini.

“Kau datang juga. Aku kira kau tidak akan datang” ucap Sehun saat aku baru saja sampai di rumah orang tuanya.

“Lyla, masuklah” kata Ibu Sehun dari dalam rumahnya. Lekas saja aku memasuki rumah besar yang sudah ku kunjungi berkali-kali ini.

Sehun menggiringku masuk ke ruang keluarganya. Disana sudah duduk Ibu dan Ayah Sehun. dan juga seorang gadis yang sudah aku kenal. Chae Jang Mi.

“Annyeonghaseyo tuan Oh dan nyonya Oh” aku memberi hormat dengan membungkukkan tubuhku.

“Duduklah” titah tuan Oh. Aku menurutinya duduk di sebelah Sehun. Sikap tuan Oh masih sama seperti kemarin, wajahnya menampakkan kedinginan nya padaku—hanya padaku, tidak dengan Chae Jang Mi.

Jangmi duduk dengan anggung dan rasa penuh terhormat, pakaiannya pun gaun selutut. Sedangkan aku, aku hanya menggunakan celana jeans dan kemeja perepuan saja. Sungguh berbeda.

“Kapan akan dilaksanakan?” tanya tuan Oh padaku.

“Ye?” aku tidak mengerti apa yang dia tanyakan.

“Bulan depan” jawab Sehun. “Kami akan melaksanakannya bulan depan” ucap Sehun melanjuti perkataannya yang lalu.

“Tapi ahjussi, bagaimana denganku?” tanya Jang Mi, nada bicaranya seperti khawatir.

“Tenanglah” kata tuan Oh.

“Sehun-ah, apapun yang kau pilih, Eomma selalu mendukungmu. Eomma tahu, Lyla gadis yang baik. Eomma pun menyukainya, jadi sekarang semua terserah padamu” kata Ibu Sehun.

“Keputusanku sudah bulat, aku tidak akan menerima perjodohan itu. Kalian sudah tahu aku sudah memiliki Lyla, aku tidak mungkin meninggalkannya kan? Aku mencintainya” kata Sehun, tanyannya terus menggenggam tanganku yang sudah tegang.

DEG! Dia mencintaiku? Hatiku berdesir. Benarkah itu? Apa hanya alibi saja untuk melancarkan aksinya itu? Ah molla.

Aku terus saja menunduk. Mengikuti perbincangan keluarga Oh dan aku hanya berbicara saat diminta saja.

Chae Jang Mi sekarang wajahnya seperti menahan tangis, mungkin karena patah hati karena Sehun sudah memiliki wanita. Dia sangat kecewa sekali sepertinya.

“Baiklah, kau akan menikah kan? Lagi pula yang terpenting sekarang kau fokus pada pekerjaan mu di kantor nanti” kata tuan Oh.

“Sehun-ah, kau sudah mengkonfirmasi kau telah keluar dari dunia hiburan kan?” tanya Ibu Sehun.

“Sudah, dan minggu ini pun aku sudah siap di tugaskan di kantor”

“Baiklah, lusa kau sudah ada di kantor” kata tuan Oh dengan wajah yang sumringah mendengar anaknya menyetujui dengan cepat.

“Oke. Sekarang bisakah kami pulang?” tanya Sehun.

“Ya sepertinya kau perlu istirahat, nak. Jadi pulanglah. Lyla-ssi jaga Sehun ya, nak” kata Ibu Sehun dengan ramah.

Kami meninggalkan kediaman keluarga Oh. Sehun menyetir mobil MINI Coopernya itu dengan wajah yang terlihat agak cerah.

“Memangnya tadi ada apa?” tanyaku.

“Mereka memintaku cepat-cepat menikah. Ayahku bersikukuh menikahkan ku dengan putri rekan bisnisnya itu—Chae Jang Mi. Aku menyangkalnya dan bilang bahwa kita akan menikah secepatnya”

“Mwo?? Bagaimana bisa kau berkata seperti itu? Walaupun kita hanya berpura-pura, tapi kau kan bisa berdiskusi dulu denganku. Bagaimana kalau mereka memintamu menikah denganku beneran?”

“Ya memangnya kenapa?”

“AAAAH! Oh Sehun babo! Bagaimana kalau itu terjadi???” aku membentaknya dengan panik.

“Ya kita tinggal menikah saja, apa susahnya” ucap Sehun enteng.

“Kau kira pernikahan itu seperti apa HAH?! Haish jinjja”

“Memangnya kau tahu pernikahan itu seperti apa?” tanya Sehun menantang.

“Aku tahu! Pernikahan itu bersatunya sepasang manusia yang saling mencintai dan akan hidup bersama yang di landasi dengan cinta”

“Itu kan masuk kriteria kita kan? Lagi pula kita saling mencintai, aku benarkan?” tanya Sehun dengan senyum jahilnya.

“…” aku diam tak menghiraukan kata-katanya. Sekarang yang terngiang di telingaku adalah kata-katanya bahwa kami saling mencintai.

Bukan kami, tapi hanya aku saja yang merasa mencintai. Aku tidak tahu dengan perasaan Sehun.

“Memangnya kau merasa mencintaiku?” tanyaku balas menantang.

“Ya sepertinya” jawabnya enteng.

DEG! Hatiku berdesir lagi.

“Kau ini! kalau bicara jangan sambil bercanda” aku membentaknya lagi.

“Bisa tidak sih tidak usah membentak orang. Lagi pula kalau itu benar bagaimana? Tak ada yang melarang kan? Setahu ku kau tidak punya kekasih, jadi sah-sah saja dong kalau aku mencoba mendapatan hati mu”

“…”

Aku jadi teringat kata-kata Kai yang juga ingin mendapatkan hatiku. Apa aku harus merasa bahagia? Ada dua pria tampan yang memperebutkan hati ku? Tidak. justru aku terbebani.

“Kecuali kau sudah kembali pada Kai. Aku tidak tahu apa hubunganmu dengan Kai. Tapi aku merasa kesal kalau dia mendekatimu” kata Sehun. “Tadi pagi, sebenarnya aku belum pulang dari gedung apartemenmu. Aku melihat Kai datang dengan terburu-buru, tak lama dia keluar bersama mu”

“Lalu? Apa kau mengikuti kami?” tanyaku.

“Sempat aku mengikuti kalian. Tapi aku berpikir di tengah jalan, untuk apa mengikutimu?”

“Oh” jawabku cepat. Aku jadi kesal, entah kenapa aku merasa kesal. Kesal karena apa? karena Sehun tidak merasa cemburu? Menyebalkan!

“Kau tidak pacaran kan dengan Kai?” tanya Sehun memastikan.

“Tidak. Aku tidak pacaran dengan siapa pun! Sudahlah kau percepat laju mobil mu ini. Lama sekali! nanti aku terlambat!” aku nyerocos sambil marah-marah. Dan memasang wajah cemberut.

“Hahahaha. Lucu sekali kau, jadi makin suka” ucap Sehun.

Ku rasakan sekarang wajahku memanas, mungkin sekarang sudah memerah. Ku alihkan pandanganku ke luar jendela, aku tidak mau Sehun tahu kalau sekarang wajahku merona.

Ternyata Sehun tidak mengantarku pulang, dia mengajakku ke rumahnya. Katanya Luhan sedang ada di rumah Sehun, dia mau pergi ke china sore nanti. Jadi Luhan mengajak kami makan-makan di rumah Sehun.

“Lama tidak bertemu, Lian-ah” kata Luhan dengan senyum ramah.

“Ah benar ya, kita sudah lama tidak bertemu. Kata Sehun kau akan berangkat ke china, berapa lama?”

“Ehm… mungkin satu bulan”

“Lama sekali. Nanti siapa yang jadi manager Sehun?”

“Kan dia sudah bukan aktor lagi, sudah ada sekretaris yang menggantikanku nanti. Waah mungkin sekretarisnya nanti yeoja, yeoja cantik nan seksi. Waw beruntung sekali kau, Sehun”

Yang di panggil hanya menengok sekilas dan melanjutkan dengan handphonenya. Iya ya, aku baru ingat, pasti nanti ada sekretaris. Biasanya sekretaris itu cantik-cantik, mungkin Sehun akan terpikat. Arrggh kenapa aku memikirkan itu.

“Jangan pikirkan kata-kata Luhan Hyung, dia hanya berlebihan. Tidak ada sekretaris yeoja. Aku memilih sekretaris nya namja, jadi jangan khawatir ya chagi” kata Sehun tanpa mengalihkan pandangannya dari handphone.

“Dih siapa yang menyuruhmu untuk meyakinkan ku? Lagi pula aku tidak peduli, dan aku bukan chagi mu!” sumpah, Sehun menyebalkan sekali.

“Eyyy~ habisnya wajahmu tak meyakinkan. Lagi pula kita ini kan pasangan, benarkan Hyung?”

“Sudahlah jangan bertengkar, kalian kan pasangan yang serasi kok~” ucap Luhan.

Mereka tertawa dengan konyol, padahal menurutku tidak ada yang lucu sama sekali. Aku hanya menatap mereka aneh, tapi tiba-tiba Sehun berhenti tertawa dan menatapku. Raut mukanya berubah menjadi serius.

“Lyla, bagaimana kalau kita pacaran sungguhan?”

To Be Continue

8 thoughts on “Perfect Idol [Part 6]

  1. Aaaaaaaaa author update lagi! Aku baru sempet baca diselasela jam padat karna belajar & sibuk les nih *cuthat* makin kesini makin bagus ceritanya. Makin sukaa. Beneran pacatan dong plis sehun sama lyla, plis plis .. Ayo lanjut terus ya nulisnya. Semangaat author 🙂

Leave a comment