Perfect Idol [Part 5]

perfect-idol

Perfect Idol [Part 5]

Author : CJN a.k.a cantikajulia

Twitter : @CantikaJN

Main Cast :

–          Oh Sehun

–          Lian Kim or Lyla [OC]

Support Cast :

–          Kim Jong In a.k.a KAI

–          Chae Jang Mi [OC]

–          Park Min Ka [OC]

–          Others

Genre : Romance

Lenght : Chaptered

Rate : Teenager or PG 15

Poster by : http://giriratnafanfic.wordpress.com/

Disclimer : FF ini terinspirasi dari novel Iliana Tan yang summer in seoul, dan yang lainnya hasil dari imajinasi author. Jadi terima kasih buat yang baca dan yang komen juga, dan buat admin yang post ff aku: Gamsahamnida ^-^

~PERFECT IDOL PART 5~

Aku sangat terkejut akibat berita itu. Bagaimana bisa ada yang memfoto kami? Dan juga ada foto saat Sehun menciumku. Penggemar Sehun sangat banyak, aku takut nanti akan menjadi sasaran amukan para fans.

“Kau.. bagaimana bisa kenal dengan aktor terkenal itu??” tanya Minka.

“Kau bahkan tidak pernah menceritakannya pada kami” timpal Baekhyun.

“Kakak juga harus menceritakannya padaku” ikut Ririn.

“Biarkan aku tenang dulu. Nanti aku ceritakan” kataku. Kemudian aku melepas celemek dan masuk ke kamar. Aku mencoba menelepon Sehun, tapi tak diangkat-angkat sampai aku ketiduran dan melupakan semuanya.

Keesokan paginya.

Aku terbangun di jam 5 pagi. Segera aku keluar kamar yang masih gelap gulita. Ku menyalakan saklar lampu, lalu berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka.

“Ririn tidur dimana?” aku mendekati pintu kamar Minka. “Ternyata dia tidur disini” aku menutup pintunya kembali.

Aku mengenakan mantelku dan berjalan keluar rumah. Turun ke lobby apartemen dan keluar menuju taman di samping gedung apartemen.

Udaranya masih segar. Langit juga masih gelap, burung-burung berkicau. Aku menyukai suasana seperti ini, suasana yang bisa membuatku nyaman.

Ku hirup udara dan menghembuskannya, terus menerus aku melakukan seperti itu. Setelah cukup untuk menghirup udara segar, aku kembali ke rumah.

Ternyata Minka dan Ririn sudah bangun dan sedang sarapan di meja makan.

“Kau darimana?” tanya Minka. “Dari taman”

“Duduklah, aku mau mendengar ceritamu” Aku menghelah napas dan menurutinya duduk di kursi meja makan.

“Bagaimana kau bisa kenal Oh Sehun?” tanya Minka. Terpaksa, aku menceritakan semuanya dari awal sampai akhir kepada mereka.

“Lalu, bagaimana kau masih berhubungan dengan Oh Sehun??” tanya Minka. Ririn yang mendengarkan kami terheran-heran karena tidak mengerti yang kami bicarakan.

“Saat itu kami bertemu lagi. Luhan, manager Sehun, dia memintaku untuk menjadi pacar gadungannya. Sehun sedang membutuhkan seorang yeoja untuk menghentikan perjodohan yang akan dilakukan eommanya. Dan sampai sekarang kami masih berhubungan”

Minka hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Aku juga sudah pernah bertemu dengan aktor itu” celetuk Ririn dengan bahasa Inggris. Minka langsung melotot. “Surely???”

“Ya.. saat Kakak menjemputku ke bandara. Oh Sehun yang mengantar Kak Lyla” mereka langsung bercerita-cerita tentang Oh Sehun.

“Eh, sudah ya, aku mau mandi dulu. Bentar lagi aku harus ke kampus” kataku lalu bangkit menuju kamar mandi.

Minka bilang, dia tidak ada jam kuliah. Sebenarnya kami berbeda saat mengambil SKS, hanya ada beberapa yang sama dan kami sering sekelas. Jadi hari ini, hanya aku yang pergi kuliah. Minka sedang free dan akan mengajak Ririn berkeliling kota.

Saat keluar dari gedung apartemen, banyak anak-anak yeoja yang berkumpul membawa sepanduk dan berteriak-teriak. Aku sampai terheran-heran, jadi aku mengambil arah yang berlawanan dengan para gadis itu.

“Jauhi Sehun Oppa. Sehun Oppa hanya milik kami”

“Kau yeoja tidak tahu diri yang berani-beraninya menggoda Sehun Oppa” itu yang mereka teriakkan dari tadi. Aku langsung berjalan cepat melewati gerombolan itu.

“Hey! Bukannya itu yeoja yang ada di foto??” celetuk salah satu dari mereka. “Mana, mana?”. “Rambutnya sama, dia juga memakai sepatu yang sama”

“Ya!! Berhenti kau!” mereka langsung menyerbuku. Aku di dorong-dorong oleh mereka.

“Hey! Berhenti. Kalian ini apa-apaan sih??!!” aku mencoba berteriak kepada mereka. “Kau yang harusnya berhenti! Berhenti mendekati Sehun Oppa kami!!”

Mereka semakin menggila. “Akkhh!!” rambutku di jambak oleh mereka. Aku dilempari tomat busuk, telur busuk, tepung terigu. Tubuhku babak belur di tambah bau amis yang tak mengenakan. Aku tidak punya tenaga lagi untuk melawan.

“Berhenti kalian!!” seseorang berteriak, suara seorang namja. Aku tejatuh lemas saat gerombolan anak-anak itu menjauhiku. Mereka berbisik-bisik.

“Lian-ah??” itu.. itu suara Jongin.

“Aku tidak apa-apa”

“Apanya yang tidak apa-apa??!! kau babak belur!! Ayo ke rumah sakit” Kata Jongin terlewat panik.

“Bawa aku pulang saja. Aku mau pulang!!!” tadinya Jongin mau mengelak tapi melihat wajahku yang memohon akhirnya luluh dan membawaku ke rumahku.

“Ya ampun Lian-ah. Kau kenapa??” tanya Minka histeris saat melihat ke adaanku. “Kau, Jongin??”

“Lama tidak bertemu, Minka-ssi” kata Jongin.

“Kakak!! Kakak kenapa?? Sini aku bantu” Ririn langsung menghampiriku dan membantuku masuk ke kamar mandi.

Aku langsung membersih kan badanku yang penuh denga bau busuk. Aku sampai menghabiskan satu botol sabun cair dan sampo untuk menghilangkan bau amisnya.

Selesai mandi aku langsung memakai baju bersih yang di ambilkan Ririn dari kamarku.

“Lian-ah kau mau kubuatkan teh?” tanya Minka. “Ani” jawabku.

“Kai-ssi, kau bisa pulang sekarang. Terima kasih sudah menolongku” ucapku lirih. Aku tidak mau ada Kai disini. Sepertinya Jongin enggan untuk meninggalkanku, tapi dia tetap keluar.

“Jagalah Lian” katanya sebelum benar-benar keluar.

Sudah lima hari setelah kejadian itu. Aku belum bertemu dengan Sehun. Apa dia tidak peduli padaku? Atau memang dia masa bodo saja? Apa dia tidak tahu bahwa aku di keroyok oleh fans-fans nya yang ganas itu??

Menghubungiku pun dia tidak melakukannya. Aku masih ingat saat terakhir kali kami bertemu, dia bilang akan mengajakku ke rumah orang tuanya lagi. Tapi sekarang dia tidak mengabariku.

Rasanya setengah nyawaku hilang entah kemana.  Aku melakukan rutinitas seperti biasa, kuliah dan pergi ke butik Danny Jo tanpa semangat sekali pun. Dan hari ini untungnya aku sedang libur kerana tidak ada jadwal apa-apa, dan Jo Sajangnim pun memberiku libur hari ini. Di rumah hanya aku sendiri, Ririn dan Minka sedang pergi jalan-jalan.

Aku bangkit dari sofa. Kuputuskan untuk berjalan-jalan keluar apartemen, sepertinya aku harus menghibur diri.

Sekarang, aku sedang berjalan di trotoar, tidak banyak orang yang lalu lalang. Udaranya dingin sekali, untungnya aku memakai jaket yang cukup tebal.

“Lian Kim” sapa seseorang. Aku menengok ke sumber suara, dan mendapati seorang gadis cantik berambut panjang dan mengenakan pakaian yang mewah serta di tambah sebuah kacamata.

Dia membuka kacamatanya, sekarang aku mengenali orang ini. “Annyeong” sapanya lagi dengan nada yang angkuh.

“Hai” balasku dengan malas. Ya, dia. Dia si Chae Jang Mi model cantik yang suka merebut semua laki-laki yang ada dalam hidupku – kecuali baekhyun – si gadis cantik nan licik dan jahat padaku.

“Apa kabar Lian?? Sepertinya kau sedang menderita ya… kelihatan sih dari mukamu. Hahaha”  lihat kan? Dia itu angkuh sekali, suka merendahkan orang lain. Dari dulu aku terus bersabar.

“Aku baik-baik saja”

“Eh kita minum kopi dulu yuk. Aku sedang ingin duduk santai nih” setelah berkata seperti itu, dia berjalan dengan anggun memasuki sebuah kafe. Aku bingung, apa aku harus mengikutinya?? Tapi tadi dia mengajakku kan ya?

Yasudahlah, ikuti saja dia. Aku juga ingin minum segelas ice tea.

“Hey Lian. Kenapa kau tidak pacaran lagi dengan Kai?”

“Tidak”

“Wae? Oh ya, apa kau tahu? Aku akan menikah sebentar lagi” katanya dengan antusias.

“Benarkah? Dengan siapa?” tanyaku. Jadi penasaran siapa yang akan jadi calon suaminya. Kasihan sekali, pasti.

“Tentu saja. Aku akan menikah dengan Oh Sehun” aku yang sedang minum, tiba-tiba saja tersedak, hatiku mencelos. “Kau sudah lihat kan yang kemarin itu? Ya itulah calon suamiku, tampan bukan?”

Aku terdiam. Kenapa rasanya hatiku sakit sekali? menyebalkan.

“Hey! kau dengar tidak sih??! Aku kan sedang berbicara!”

“Ah mian, Jang Mi-ssi. Kau sudah mau menikah rupanya”

“Iya dong. Kau tahu, sebenarnya aku dan Kai sudah memiliki hubungan sebelum Kai bertemu denganmu. Kami sedang ada masalah waktu itu” ucapnya.

Aku hanya terdiam mendengar semua kata-katanya.

“Jadi yang telah merebut pacar orang lain itu sebenarnya bukan aku, tetapi kau, Lian!! Sabenarnya Kai tidak mencintaimu. Buktinya, saat kalian sedang berpacaran, Kai sering datang menemuiku, hubungan kami juga tidak hanya sebatas pacaran biasa. Kau itu hanya pelampiasan saja. Kasihan sekali kau Lian”

“Jadi aku hanya pelampiasan saja?” tanyaku pada diri sendiri. Kenapa mereka seperti itu? Padahal aku sangat mencintai Kai sepenuh hati, bahkan sekarang pun aku sedang berusaha untuk memadamkan rasa cinta yang masih ada.

“Ya tentu. Karena sebenarnya Kai tidak mencintaimu. Tapi, setelah Kai meninggalkanmu, dia berubah. Kai sepertinya sudah jatuh cinta padamu, jadi Kai memutuskanku dan kembali mengejarmu”

“Aku sudah tidak peduli lagi dengan Kai”

“Aku juga. Karena sekarang aku akan menikah dengan Oh Sehun, aaah senangnya”

“Kau.. benar akan menikah dengan Oh Sehun???”

“Tentu saja. Ah sepertinya aku harus pergi, biar semuanya aku yang bayar. Sampai jumpa, Lian” lalu dia pergi keluar kafe. Aku masih duduk di bangku kafe. Termenung sendirian.

Aku sudah tidak peduli lagi dengan Kai, karena aku sudah menghilangkan rasa cintaku padanya. Itu juga dikarenakan seseorang yang tiba-tiba masuk ke dalam hidupku, dia telah mengisi kekosongan di hatiku. Tapi.. sekarang orang itu akan menikah dengan wanita lain. Apa yang harus ku lakukan?

“Haaaah… sepertinya kebohongan ini harus di akhiri” aku bangkit dari bangku dan keluar dari kafe. Aku memberhentikan taksi, dan pergi menuju suatu tempat.

Di perjalanan, aku hanya diam sambil memikirkan sesuatu. Pikiranku dipenuhi oleh orang itu. Handphoneku berbunyi, aku melihat nama yang tertera di layar handphone.

Oh Sehun. Kenapa dia menelpon ku?? Apa aku harus mengangkatnya? Ingin rasanya aku tidak menjawab telepon ini. Tapi tetap saja, jemariku dengan refleks menggeser slide warna hijau itu.

“Yeobeoseyo?”

Lyla, kau dimana?? Apa kau baik-baik saja?’ kata Sehun dari seberang sana.

“Ada apa?” tanyaku dengan dinginnya.

Hey, aku kan bertanya kamu ada dimana. Kenapa bertanya balik sih??!

“Katakan saja ada apa, Oh Sehun!”

Kau ini kenapa sih? Sekarang jawab aku, kau ada dimana?

“Aku di dalam taksi menuju suatu tempat. Puas??!”

Sekarang juga kau turun dari taksi itu!

“Apa??? kenapa?”

Turuti saja! Dan nyalakan GPS di handphonemu, ara?’ tut.

Dia menutup teleponnya. “Ajussi, berhenti disini saja” aku langsung turun dari taksi.

“Kenapa aku bodoh sekali??! Mau-maunya disuruh-suruh olehnya, babo!” aku hanya bisa menggerutu di pinggir jalan. Tak berapa lama sebuah mobil Mini Cooper berhenti di hadapanku.

“Cepat masuk” kata orang dari dalam mobil itu. Itu Oh Sehun. “Cepatlah” aku langsung masuk ke mobilnya.

“Kau mau kemana tadi??” tanyanya.

“Bukan urusanmu”

“Hey… ngambek nih? Kenapa sih?”

“Sudahlah Oh Sehun! Aku sedang dalam mood yang buruk, jangan ganggu aku!”

“Waaah.. pacarku sedang ngambek” katanya menggodaku. Isssh aku makin dongkol.

“Dengar ya! Aku ini bukan pacarmu. Jadi jangan berlagak kalau aku ini pacar sungguhan mu!!” aku membentaknya dengan emosiku yang memuncak. Tiba-tiba saja dia membanting setir mobilnya dan meminggirkan mobilnya.

“A..ada apa?” tanyaku gugup saat melihat raut wajahnya berubah jadi suram. Dia melirikku dengan tatapan yang super super menyeramkan.

“Kenapa? Memangnya kenapa kalau kita hanya pacaran bohongan, huh??!” dia membentakku. Aku takut sekali dengan Sehun yang seperti ini. sepertinya dia marah sekali.

“A..a..aku” aku tidak bisa menjawab. Dia menarik tubuhku mendekatinya.

“A..apa yang kau lakukan, Sehun?” aku panik sekali.

Lalu dia menarik tengkukku dengan kasar, bibir kami menyatu. Sehun menciumku dengan kasar, dia melumat bibirku sampai-sampai aku kehabisan napas. Aku berusaha mendorongnya, tapi tubuhnya kuat sekali. Aku hanya bisa mencengram lengannya saja.

Sehun melepaskan bibirnya dari bibirku. Dia menatap mataku, tubuhnya masih berdekatan dengan tubuhku. Aku bernapas dengan tersengal-sengal.

PLAK! Refleks aku menampar sehun.

“Lyla… maafkan aku” ucapnya. Tangannya mengelus pipiku dengan lembut. Aku langsung menepis tangannya itu.

“Aku turun disini!” dengan perasaan yang berkecamuk aku turun dari mobil Sehun. Walaupun aku mendengar panggilan Sehun, aku berusaha menutup telingaku. Masih terkejut dengan kejadian barusan.

Teringat akan pekerjaanku di butik, aku langsung menaiki bus. Ini sudah terlambat, pasti nanti Jo Sajangnim memarahiku.

“Lian, kau datang terlambat lagi! Ada apa lagi sekarang huh?? Kau mau memberi alasan seperti apa lagi?”

“Maaf Sajangnim….” ucapku sambil menunduk. “Yasudah cepat kerja!” kata Jo Sajangnim.

Selama bekerja, aku merasa ragaku berada di butik tetapi pikiranku entah kemana. Jadi, aku hanya duduk sambil termenung memikirkan kejadian tadi. Aku terkejut Sehun menciumku dengan paksaan, dia jahat sekali. sungguh aku marah padanya, aku tidak ingin bertemu dengannya lagi.

Tak tersasa sudah malam, tugasku sudah selesai sekarang. Aku segera membereskan barang-barangku. Aku menggeliat memutar pinggangku ke kanan dan ke kiri.

“ Ukh, badanku pegal-pegal sekali… ingin rasanya pergi ke sauna” ucapku pada diriku sendiri.

“Hey, Lian! Itu ada orang di depan butik, katanya sedang menunggumu tuh” ucap Hanmi eonni dari bilik meja kerjanya.

“Eo? Nugu?” akupun segera turun ke lantai bawah. Siapa yang mencariku?

“Oh Sehun??!!”

“Lyla…” dia memanggil namaku dengan nada memelas. “Aku minta maaf”

“Pergilah, aku mau pulang!”

“Biar aku antar, please” katanya sambil memegang tanganku.

“Terserah”

Di perjalanan aku hanya diam saja. Aku tahu sebenarnya Sehun ingin mengajakku berbicara, tapi aku menutup telingaku dengan earphone. Aku sedang mencoba untuk marah padanya, padahal aku tahu aku tidak mudah untuk marah pada orang lain.

“Terima kasih sudah mengantarku pulang, sampai jumpa!” aku segera melepaskan selfty belt nya. Lalu keluar dari mobil dengan perasaan tak menentu.

“Tunggu,” tiba-tiba Sehun mencengkram pergelangan tanganku. Aku langsung menoleh kepadanya.

“Ada apa lagi?”

“Aku ingin bicara denganmu, tapi tidak disini”

“Bicara disini saja, aku lelah” kataku.

“Haaah, baiklah. Lyla … apa kau sudah tidak dapat membantuku lagi?”

“Aku tidak tahu”

“Apa kau merasa tertekan berhubungan denganku??”

“…”

“Apa kau tidak menyukaiku?”

“..”

“Apa kau tidak mau bersamaku? Apa saat kau bertemu denganku, hidupmu jadi terganggu??”

“Oke, begini ya, aku bisa-bisa saja membantumu. Kau ini sudah ku anggap temanku. Tapi sekarang ini aku tidak mau bertemu denganmu dulu”

“Teman ya?”tanya Sehun pelan, seperti bergumam.

“Apa?” tanyaku.

“Tidak..”

“Yasudah, pergilah. Aku mau masuk. Selamat malam” ucapku. Kuputar tubuhku dan berjalan masuk ke gedung apartemen tanpa menoleh ke arah Sehun.

Dalam hatiku yang paling dalam, aku malah ingin bertemu dengan Sehun, aku ingin terus bersama Sehun. Aku berbohong telah berkata Sehun sudah ku anggap teman, malah aku ingin lebih dari sekedar teman. Tapi aku tidak bisa bersamanya.

[Keesokan harinya]

Cahaya matahari menerobos masuk lewat celah jendela yang sedikit terbuka. Cahayanya menyilaukan sampai membuatku membuka mata. Aku bangkit dari tempat tidur menuju pintu kamar.

Di ruang tengah sudah ada Minka, Baekhyun, dan juga Ririn. Mereka memperhatikanku.

“Ada apa?” tanya ku heran pada mereka.

“Kakak lupa? Hari ini aku akan pulang ke Indonesia” kata Ririn.

“Ah.. geurae? Baiklah, ayo kuantar”

“Boleh kami ikut?” tanya Minka. “Iya, aku juga mau mengantar Ririn” kata Baekhyun.

“Terserah”

“Kita naik taksi?” tanya Ririn. “Apa Sehun Oppa tidak akan mengantar?”

“Mwo?? Tidak!” tanpa di sadari aku memekik dengan keras.

“Kau membuatku terkejut!” Minka membentakku.

“Ada apa dengan kau dan Sehun?” tanya Baekhyun.

“Kami tidak ada apa-apa. Aku kan bukan siapa-siapa nya dia, jadi tidak ada hubungnnya dengan Sehun!” aku meyakinkan mereka.

“Kata siapa kita tidak ada hubungan?” ucap seseorang. Kami serentak menoleh ke sumber suara.

Sehun sedang berdiri di ambang pintu dengan alis yang mengangkat satu. Melihat ke arahku dengan tatapan tajam.

“Mau apa kau kemari?” tanyaku dengan suara menantang.

“Mengunjungi pacarku. Memang tidak boleh?”

“Pergilah. Aku tidak mau melihatmu, dan sudah ku katakan aku bukan pacarmu, Oh Sehun!”

Sehun tak menghiraukanku. Dia terus masuk ke dalam rumah.

“Kau mau ke bandara?” tanya Sehun pada Ririn. Ririn hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja. “Baiklah, ayo kita berangkat”

Dan akhirnya Minka, Baekhyun, Ririn, dan termasuk aku pergi ke bandara dengan menaiki mobil Sehun.

“Kak, aku pulang dulu ya. Kapan-kapan aku datang lagi ke Korea. Kakak baik-baik ya disini” kata Ririn.

“Iya, kamu hati-hati ya. Salam untuk semua yang di Yogya, dan bilang ke Mama aku sehat di sini, oke?” aku menarik adikku ke dalam pelukanku. Adikku yang manis, padahal aku masih merindukannya.

“Oke, aku berangkat. Bye Minka eonni, Baekhyun Oppa. Dan Sehun Oppa, jaga eonni ku ya. Bangapseumnia…. annyeong!”

Setelah melihat Ririn masuk ke dalam, kami bergegas untuk pulang.

“Apa kalian ingin makan-makan dulu?” tanya Sehun.

“Tidak usah” jawabku cepat.

“Makan-makan?? Kami mau! asal kau yang teraktir ya Sehun-ssi” ucap Minka dan Baekhyun dengan semangat.

“Heuuuh.. terserah deh” ucapku pasrah. Sehun pun langsung mengunjungi sebuah restoran.

*di restoran*

“Waaaah~ selamat makan!” celetuk Baekhyun. Mereka pun makan dengan lahap, aku mengamati daging yang sedang di rebus.

“Minka-ya… ige mwoya?” tanyaku sambil menunjuk ke arah daging.

“Ah… iya” Minka langsung membisikan sesuatu padaku. Setelah mendengar apa yang di maksud aku tidak akan memakan daging itu.

“Lyla.. apa kau tidak makan?” tanya Sehun heran.

“Lian tidak bisa memakan daging nya Sehun-ssi” kata Minka.

“Wae?” tanya Sehun makin heran. “Apa kau alergi?”

“Ani. Aku tidak boleh memakannya. Boleh aku pesan yang lain?”

“Pesanlah apa yang kau mau”

Sepulang dari restoran, Minka dan Baekhyun berpisah dengan kami. Mereka bilang ingin mengunjungi suatu tempat. Dan tinggallah aku dan Sehun berdua di mobil. Hening tak ada yang berbicara.

“Lyla, apa cita-cita mu?” tanya Sehun tiba-tiba.

“Aku? Aku ingin menjadi desainer”

“Ohh.. apa pendapatmu tentang seorang artis dari sisi negatif?”

“Menurutku, pekerjaan artis tidak menentu. Saat sedang naik daun mereka terkenal dan mendapat job sana-sini. Tapi saat mereka jatuh, tawaran job pun mungkin sedikit, dan mereka tidak dapat penghasilan”

“…”

“Aku juga tidak ingin memiliki pasangan seorang artis atau apapun itu yang profesinya menjadi seorang entertain. Karena akan sulit untukku. Aku ingin memiliki seseorang yang masa depannya sudah pasti”

“Apa kau tidak ingin memiliki ku?” tanya Sehun.

“Tidak, aku tidak mau. Aku tidak ingin memilikimu, karena kau milik orang banyak. Kau milik para fans mu, Sehun. Aku hanya ingin seseorang yang merasa memilikiku dan aku pun merasa memilikinya. Aku tidak mau berbagi dengan orang lain”

“Benarkah? bagaimana jika aku seorang yang memiliki gedung-gedung tinggi itu?” tanya Sehun sembari menunjuk ke arah gedung-gedung yang menjulang.

“Aku tidak tahu. Mungkin iya”

“Kalau begitu, apa aku harus berganti profesi ya?”

“Jangan gila” kataku jengkel.

Sehun tertawa terbahak-bahak. Aku melihatnya dengan heran, padahal tidak ada yang lucu. Bagaimana dia bisa tertawa? Dasar sinting. Walaupun sinting, aku tetap menyukainya.

“Ayahku meminta ku menikah dengan Chae Jang Mi” ucap Sehun.

“Lalu?” tanyaku. Hatiku berdebar-debar, aku berharap semoga itu tidak akan terjadi.

“Tapi aku menolaknya. Dan ayahku memintaku berhenti menjadi aktor, kemudian aku harus meneruskan perusahaannya”

“Apa kau akan berhenti?”

“Mungkin ya, mungkin juga tidak”

“Dasar labil” ejek ku. Lalu tak ada satu pun yang berbicara lagi. Sehun membawaku ke rumah nya, Sehun bilang Luhan sedang ada di rumahnya dan membawa sebuah dokumen. Entahlah, aku tidak tahu kalau soal itu.

Sesampai di rumah Sehun, Luhan sedang santai menonton TV sambil makan. Mengetahui aku juga ikut, dia menyapaku dengan riang.

“Sehun-ah, kau benar akan berhenti?” tanya Luhan.

“Mau bagaimana lagi~”

“Kau akan membuang semua karirmu di dunia hiburan yang kau capai dengan susah payah ini?” tanya Luhan sekali lagi.

“Mungkin memang bukan takdirku. Takdirku adalah memegang semua warisan ayahku, termasuk mengurusi perusahaannya. Jadi besok tolong adakan jumpa pers, oke?”

Aku hanya duduk dan memperhatikan mereka berdua. Sekarang Sehun sedang membuka sebuah dokumen dan langsung menutupnya lagi. Sedangkan aku di minta membuatkan minuman oleh si Sehun.

“Ini jus nya, Sehun” aku menyerahkan segelas jus jeruk, tapi Sehun sudah bangkit berdiri dari sofa.

“Kau mau ke mana?” tanyaku heran. Hampir saja jusnya tumpah, lalu Sehun menyerahkan sebuah map yang tadi dia pegang kepadaku.

“Pegang dulu, aku harus keluar sebentar” katanya kemudian keluar dari rumah.

“Apa ini?” aku sedikit membukanya. Ku lihat dalamnya, ini sebuah biodata seorang Oh Sehun. Tapi, apa ini? dia sudah menjadi seorang yang bergelar Master?

“Mwo?? Bagaimana bisa?” pekikku terejut.

“Ada apa?” Luhan menghampiriku dengan terheran-heran.

“Padahal umurnya sama denganku. Tapi, kenapa dia sudah lulus S2? Aku saja belum lulus S1. Huaaaa bagaimana bisa?”

“Sehun? Dia kan memang genius [iya tah?] sudah dari kecil Sehun selalu menjadi juara umum di sekolahnya. Dia dididik untuk meneruskan perusahaan abeoji nya, biasalah bussinesman. Padahal aku tahu dia sangat mencintai profesinya sebagai seorang aktor. Tapi mau bagaimana lagi, aku kasihan padanya” jelas Luhan.

“Dia juga harus menikah bukan? Aku dengar dia akan menikah dengan Chae Jang Mi, ya?”

“Ya, benar. Tapi sepertinya dia tidak akan menerimanya begitu saja. Karena aku tahu dia mencintai orang lain”

Mencintai orang lain? Nugu? Aku makin gusar!

“Ah.. begitu” ucapku lirih. Tak lama Sehun datang, entah dari mana dia itu. Tiba-tiba saja dia mengajakku keluar. Aku merasa Sehun sedang frustasi, aku bisa merasakannya.

“Gwaenchanayo?” tanyaku, masih dengan bersikap dingin.

“Tidak apa-apa. Abeoji memintaku datang, jadi kau harus ikut aku”

Lagi. Tak ada suara lagi di mobil ini. Biasanya Sehun mengajakku berbicara, tapi dia hanya diam saja. Aku jadi merasa canggung.

Tak lama mobil Sehun sudah terparkir di garasi rumah orang tuanya yang besar ini. Aku disambut ramah oleh Eomma Sehun, ternyata di ruang makan sudah ada Abeoji nya.

“Annyeonghaseyo, tuan Oh” aku menunduk dengan hormat. Wajahnya sungguh dingin sekali, walaupun aku pernah bertemu dengannya sekali.

“Oh.. silahkan duduk. Ayo kita makan” ucap tuan Oh.

Selesai makan, kami semua pindah ke ruang tengah. Sepertinya, Abeoji Sehun akan membicarakan hal yang serius dengan Sehun. Aku hanya menunduk saja sambil mendengarkan obrolan keluarga Oh.

“Sehun-ah… minggu depan kau sudah ada di kantor menggantikan Abeoji. Jadi bersiaplah” ucap Tuan Oh.

“Ne, Abeoji”

“Sekarang kau sudah menjadi pemimpin di perusahaan. Abeoji berharap kau segera beristri. Kau sudah ku tawari kan menikah dengan Chae Jang Mi, jadi Abeoji berharap kau menikah dengannya”

DEG!

Apa tadi? Sehun akan menikah dengan Chae Jang Mi? Jadi itu benar? Aku kira hanya bercandaannya saja. Sudah tak ada harapankah?

“Aku tidak bisa” kata Sehun dengan suara tegas. Aku yang tadiya sedang menunduk, mendadak mengangkat kepala dan menatap wajah Sehun.

“Aku tidak bisa menikah dengan perempuan yang Abeoji tawarkan. Aku sudah memiliki calonnya, tepat di sampingku. Gadis inilah yang akan menjadi istriku kelak”

“Mwo??” aku terkejut setengah mati, antara bahagia dan terkejut. Aha! Aku baru ingat, ini hanya sandiwara saja. Hanya SANDIWARA saja, ingat itu!

Aku tersenyum miris sekali. Mengetahui Sehun berkata aku lah calon istrinya kelak, yang ternyata itu hanya alibi saja agar dia tidak menikah dengan model cantik itu.

“Abeoji, sepertinya kami harus pulang. Hari sudah terlalu malam, dan aku harus mengantar Lyla pulang ke rumahnya” ujar Sehun. Kami pun berdiri dan memberi hormat.

Eomma Sehun sempat berkata padaku agar aku mengunjunginya nanti. Aku menjawab dengan asal saja. Habis, aku sedang banyak pikiran. Akibat perkataan Sehun tadi.

Di mobilpun tak ada percakapan di antara kami. Sehun dengan pikirannya, entah apa yang sedari tadi namja itu pikirkan. Dan aku, terus memikirkan apa yang Sehun bilang pada Abeojinya tadi.

Sehun mengantarku ke apartemen. Kukira dia hanya menurunkanku saja tanpa dia ikut turun, tapi ternyata dia ikut turun juga. Aku melihatnya dengan heran.

Aku masuk ke gedung pun dia ikut. Sampai ke depan pintu rumahku.

“Gomawo sudah mengantarku. Bahkan kau mengantar sampai di depan pintu” ucapku.

“Apa di dalam ada temanmu?” tanya Sehun.

“Wae?”

“Kuharap tidak ada. Boleh aku masuk?” tanya Sehun lagi.

“Kau mau apa?? kau mau berbuat mesum??! Ini sudah malam!” aku jadi heboh sendiri.

“Jebal. Hanya sebentar, setelah itu aku pergi. Sungguh”

Aku masih menatapnya dengan heran. Sempat berpikir, tapi kubuka juga pintu rumahku itu.

“Silahkan masuk” Sehun masuk ke rumah duluan. Dia masuk menuju ruang tengah dan langsung menjatuhkan diri di sofa, tak lupa dia menyalakan televisi.

Aku sendiri segera menuju ke kamar. Sebelum ke kamar, aku mengecek kamar Minka. Tak ada orang. Oh! Aku baru ingat dia bilang bahwa dia akan menginap di Busan 2 hari. Berarti nanti malam aku hanya sendiri disini.

Lekas saja aku ke kamar menyimpan tas ku. Dan segera menuju kamar mandi untuk membersihkan badan.

Selesai mandi dan sudah mengenakan baju tidur, aku menghampiri Sehun yang sedang di ruang tengah. TV menyala dan menayangkan sebuah acara. Saat ku lihat ke sofa, Sehun sedang tiduran.

Aku makin mendekat. Ternyata Sehun tertidur dan membiarkan TV menyala.

“Sehun-ah.. apa kau tidur?” tanyaku pelan.

“…” tak ada jawaban. Sepertinya dia benar-benar tertidur. Tidurnya pulas sekali, aku tak tega membangunkannya. Mungkin akhir-akhir ini adalah hari yang berat untuknya.

Aku bangkit menuju ke kamar untuk mengambil bantal dan selimut untuk Sehun.

Kuangkat kepalanya dan menaruh sebuah bantal dan kuselimuti tubuhnya dengan sebuah selimut. Aku terus saja bertanya-tanya dalam hatiku.

Aku sendiri masih bingung dengan Sehun. Bagaimana perasaannya padaku? Apa dia tahu aku sangat berharap padanya? Apa dia tahu bahwa aku ini sudah mulai jatuh cinta padanya? Apa Sehun tahu kalau aku selalu merasa deg-degan saat bersamanya?

Apa Sehun mengenalku? Apa dia tahu apa yang aku suka? Apa dia tahu dia lah yang aku sukai? dan apa dia MENCINTAI KU?

Aku tahu, aku tidak mengenal Sehun. Ini semua hanya kebetulan saja. Mungkin kalau semua masalahnya selesai, Sehun sudah tidak mengnggapku lagi. Aku dan dia pasti akan melupakannya, tidak-tidak mungkin hanya dia yang akan melupakan ini.

Tak kuat lagi dengan pikiran-pikiran yang terus membuatku sakit ini, lantas aku bangkit berdiri dan segera ke kamar. Hatiku pedih. Rasanya seperti di sayat-sayat dengan silet. Beginikah rasanya mencintai seseorang tanpa di ketahui orang itu.

Oh Sehun aku mencintaimu.

To Be Continue~

READ ME, PLEASE!

Annyeong, readers. Apa kabar?? Ku harap baik-baik saja, oke langsung aja. Aku mau ngucapin terima kasih untuk kalian semua yang udah baca ff jelek ini.

Sebenernya ff ini mau di tunda sampai selesai UN, tapi ada yang mention aku bilang kalau itu kelamaan. Terus aku tanya ke temen aku, dia bilang juga itu kelamaan. Jadi deh aku terusin ff nya. Jeosonghamnida readers karena part 5 ini kelamaan, aku bingung soalnya. Aku butuh semangat, jadi ayo dukung aku dengan komen di part ini #ngaha abaikan#

Oke deh, sudah kuputuskan untuk melanjutkan ff ini, gak jadi di tunda sampe selesai UN. Aku bakal buat pas di waktu senggang, sekali terima kasih dan aku minta maaf *bow*

Daaaah readers, sampai jumpa di part selanjutnya! Saranghaeyo readers ^O^

Salam manis

Author,

Cantika julia

5 thoughts on “Perfect Idol [Part 5]

  1. Akhirnyaaaa update jugaa.. Makin seru nih ceritanya. Chae jang mi bener2 keterlaluan deh nyebelinnya. Ohiya tanggapan ayahnya sehun gmn tuh ttg lyla? Semangat ya author-nim lanjutin ceritanya. Hwaiting!

  2. Yehettt…akhirnya keluar jg chap 5,, q ska bgt sma jalan crtanya,,, cuma bahasa’nya aja tlg jgn terlalu formal_hehe.
    ..tp overall, nice kok…..next ditunggu y next chap’nya jgn lama”….hwaiting chingu.
    .

Leave a comment